“Kamu masih ingin melanjutkan pertandingan?” tanyaku ketika memastikan Yura di tengah lapangan.
Yura sempat terisak. Kemudian berdiri. Aku menawarkan bantuan, tapi Yura menolak. “Aku masih kuat.” jawabnya singkat lalu berjalan lagi.
“Maaf Ra!” ucap rekannya lagi dengan wajah yang melas. Sementara di seberang Lita tampak geram.
Yura tak menjawab. Pertandingan dilanjutkan. Kali ini Lita tampaknya jauh lebih berhati-hati. Dibiarkannya tim Yura mencetak beberapa skor. Tapi ketika akan menang, kini bola sudah berada di tangan Lita. Entah apa lagi yang akan Lita lakukan untuk mencelakai Yura.
“Yura, masukkan bolanya!” teriak Lita.
“Siap!” teriak Yura.
Lita mengoper bola pada Yura. Tapi berbeda dari sebelumnya, Lita tidak mengoper ke arah semestinya. Dengan kekuatan penuh ia melemparkan bola ke arah kepala Yura. Seketika itu juga, Yura yang terkejut terkena bola tepat di wajahnya. Yura terpelanting dan kemudian terjatuh. Yura sempat duduk sekalipun tampak sempoyongan. Kini hidungnya mengeluarkan darah. Lalu Yura tak sadarkan diri.
“Tim kesehatan! Cepat!” teriak Dika.
“Aku bergegas membersihkan darah yang keluar dari hidung Yura. Kemudian membopongnya dengan tandu ke ruang kesehatan.” pertandingan diakhiri saat itu juga.
“Yura! Maaf Yura! Aku nggak sengaja!” teriak Lita dari kerumunan.
Aku menghalangi Lita dan timnya untuk mengerumuni Yura.
“Beri ruang! Yura akan kesulitan bernapas kalau kalian terus menerus berkerumun nggak penting kayak gitu!” teriakku.
Ketika sudah cukup jauh, kutengok lagi mereka. Tampak Lita tersenyum senang karena Yura kini tak berdaya.
Beruntung dokter UKS kami cukup bertangan dingin untuk mengatasi keadaan semacam ini.
“Ada memar di punggung. Kakinya semakin bengkak. Tapi untuk kepala sejauh ini aman. Mungkin Yura pingsan karena sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit di kakinya. Tapi yang terpenting, kenapa kalian membiarkan Yura bermain lagi?” tanya dokter sedikit marah.
“Yura yang memaksa.” jawabku.
“Dasar keras kepala. Nanti akan saya panggilkan orangtua Yura.” jawab dokter itu, Kami tak dapat membalas apa-apa lagi.
Sebuah chat masuk ke Hp-ku. Chat dari Dika. “Ke kelas sekarang. Tapi jangan masuk sebelum kusuruh.” begitu isinya.