Ketika Yupiter Bertemu Saturnus

“Biarin. Nanti juga sembuh sendiri.” dasar keras kepala.

“Oke, sudah beres! Jangan memaksakan diri!” ucapku sambil menepuk-nepuk kaki Yura.

“Aduh! Sakit Mas!” teriak Yura.

“Maaf! Maaf! Maaf!” Yura menatapku setengah tidak percaya dengan wajah yang meringis kesakitan. Bahkan di saat seperti ini pun wajahnya tampak begitu imut.

Set kedua dimulai. Yura tampaknya masih kesakitan karena tepukanku tadi. Di larian yang pertama ia masih tertatih-tatih, namun lama kelamaan ia mulai terbiasa. Oper demi oper dilakukan Yura. Beberapa skor telah dicetak oleh timnya. Tapi kemudian, aku menyadari gerak-gerik yang berbeda di antara tim Yura. Ada yang berlari ke arah Yura sementara Yura bersiap menerima operan. Dan benar saja, Yura ditabrak oleh rekan setimnya.

Baca juga:

 

Mungkin badan Yura masih cukup kuat saat itu. Sekalipun ia tertabrak dan jatuh, ia masih sanggup berdiri dan melanjutkan pertandingan. Karena tabrakan pertama, tim Yura kecolongan beberapa poin. Lita mulai memberi kode kepada temannya yang lain untuk melancarkan serangan kedua pada Yura. Kali ini tak tanggung-tanggung, Yura yang tengah berlari hendak menerima operan kini kakinya diinjak oleh teman setimnya yang juga ‘mengira’ ia akan menerima operan.

“Ahhhhh! Kakikuuuu!” teriak Yura.

“Astaga Yura! Maafkan aku! Kukira tadi Lita akan melemparkan bola padaku.” jawab rekannya.

Latest articles

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!