Tersesat – Petualangan Awan bagian VI

‘Tersesat’ adalah bagian dari kisah petualangan Awan. Kamu sudah memasuki episode keenam. Sebelumnya kamu tahu mengenai situasi hutan Arlok yang mencekam. Kini, apa yang terjadi pada Awan dan rombongannya? Yuk dibaca! 

Baca episode sebelumnya di: 


GLUDAK!

Awan terbangun dari tidurnya. Ia memasang ancang-ancang jikalau saja sesuatu atau sekelompok perampok sedang menghadang Tingtang yang ditumpanginya.

“Apa itu tadi?!” Tanya Awan.

“Hanya bebatuan. Kita masuk ke medan yang cukup sulit.” Jawab sopir.

“Sudah sampai mana kita?”

“Kalaupun kujelaskan, kamu tak akan paham.”

“Setengah perjalanan?”

“Seperempat pun tidak!”

Awan menghela napas. Rasanya lama sekali perjalanan ke kota Krissan. Ia tahu kalau kota Krissan begitu jauh. Tapi tak menyangka kalau akan selama ini perjalanannya.

“Tak bisakah kita berhenti dan berisitirahat sejenak?” Tanya Awan yang sedari tadi sudah menahan air kecil.

Sang sopir hanya diam.

“Sudah delapan jam. Kenapa bapak tidak beristirahat?” Tanya Awan heran.

“Istirahat tidak sebanding dengan nyawamu, nak!” Jawab si sopir singkat.

“Astaga! Walaupun aku hanya keluar sebentar dan pipis di jalan?!” Protes Awan.

“Lihat yang lain! Mereka sudah bersiap dengan keadaan ini.” Ujar sopir disusul Awan yang melihat penumpang lainnya. Perut mereka tampak menggembung. Salah satu penumpang mengangkat bajunya dan menunjukkan ikat pinggang penampung ‘air’ yang fleksibel dan anti-bocor.

Keringat dingin membanjiri Awan. Ia benar-benar tak tahan lagi.

“Demi Gaia! Biarkan aku turun sebentar!” Paksa Awan.

Si sopir tampak begitu dongkol, lalu melihat penumpang lain yang tampak tak peduli.

“Baiklah!” Sopir kemudian menurunkan kecepatan Tingtang dan mulai menepi. Penumpang yang awalnya tak peduli kini mulai waspada.

“Kau tak tahu apa yang akan kau hadapi, nak!” Teriak sopir ketika Awan turun dari Tingtang. Awan tak peduli. Ia tetap berjalan terus ke balik pohon.

Baru saja Awan merasa lega karena semua yang ia tahan dikeluarkan, tiba-tiba Tingtang bergerak menjauh dari tepi jalan.

“Hei! Hei! Apa yang kamu lakukan?!” Awan bergegas mengejar Tingtang yang langsung tancap gas dan melaju semakin cepat.

“Tunggu dulu! Hei! Pak! Pak!!” Teriak Awan sambil terus berlari mengejar Tingtang yang tak mengurangi kecepatannya.

“TUNGGGUUU!!!” Awan tak sanggup lagi mengejar Tingtang yang kini semakin tampak seperti titik di ujung jalan.

“Tasku! Tasku! Semuanya ada di situ!”

Bersambung ke 

Baca juga:

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!