Para pembimbing kami biasanya akan membagi-bagi kami ke dalam sebuah kelompok acak beranggotakan 5-7 orang. Setiap orang hanya akan dibekali sebuah amplop dengan sebuah surat keterangan dan uang sebesar dua puluh lima ribu rupiah. Itu harus bisa digunakan untuk bertahan hidup selama kurang lebih tiga hari di luar setelah sebelumnya kami sudah harus membelanjakannya dengan setengah kilo beras, tiga bungkus mie instan, dan seperempat kilo gula. Jangan bayangkan harga-harga itu pada zaman sekarang karena kejadian ini berlangsung kurang lebih lima tahun lalu. Jadi dengan uang dua puluh lima ribu itu pun kami masih memiliki sisa.
Baca juga:
Seperti namanya: gelandang, maka kami harus memikirkan sendiri cara agar sampai ke tempat tujuan pertama dengan cara kami sendiri. Setelah itu, seperti pada rencana tahun-tahun sebelumnya, di pos pertama kami yang sudah berkumpul sudah akan dibagi-bagi lagi secara individu untuk berbaur dengan mereka yang miskin dan tersingkirkan. Kami tidak boleh menyebut identitas kami, juga kami tidak boleh menyebutkan asal asli kami. Kami harus seolah-olah berasal dari kaum mereka sekalipun itu tidak mudah. Tujuan dari gelandang rohani ini tentu agar kita merasa menjadi orang yang ‘ditolak’ dan ‘disingkirkan’, kemudian mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya pelindung dan harapan.
Tapi tampaknya malam itu, Tuhan tak sedang ingin berjalan bersama kami. Aku terbagi ke dalam kelompok beranggotakan Dion, Aris, Bhaskoro, dan Candra. Kebetulan kelompok kami berisikan lima orang termacho yang pernah ada di asrama. Sebut saja Dion adalah seorang kapten sepak bola yang selalu memenangkan timnya saat event olahraga tahunan. Aris dan Bhaskoro, pasangan ganda bulu tangkis yang tak pernah terkalahkan. Dion, seorang mantan atlet kapuera yang hobi salto dan baik hati mengajarkan ilmunya pada adik-adik kelas dan kakak-kakak kelas yang pingin berlatih kapuera. Aku sendiri? Aku adalah juara scrabble yang belum pernah terkalahkan selama ini! Otakku begitu macho sehingga tak ada yang mampu mengalahkan taktik dan kekayaan kosakataku. Kalau kalian mengira ini scrabble biasa dengan bahasa Inggris kalian salah besar! Ini adalah scrabble khusus dengan bahasa Latin! Siapapun yang mendengarkan namaku saat berhadapan denganku akan berkeringat dingin karena sudah merasa tidak mampu menandingiku.
Kembali pada permasalahan yang akan dihadapi kami, kelima cowok termacho yang ada di semesta SMA kami. Kami memutuskan untuk menghemat uang kami dengan berjalan kaki dari Garum menuju Malang. Sungguh, ini mungkin tampaknya keputusan mengerikan jika kamu ambil sendiri, terutama jika kamu harus berangkat jam satu dini hari, di saat pagi benar-benar buta. Tapi jika itu dihadapi berlima? Kami yakin, kami tak akan mendapatkan masalah.
Dion sebagai kapten tim membagi tugas kami. Kami tetap harus berwaspada dengan orang-orang yang tak memiliki maksud baik terhadap kami, seperti preman gunung, begal, sampai banci kaleng. Iya benar! Banci kaleng! Jangan pernah remehkan kecepatan berlarinya yang seperti berada pada tingkat Mach 3! Apalagi jika meihat kami (yang berdasarkan penilaian para banci kaleng) amat sangat tampan (terbutkti karena setiap tahun selalu ada satu-dua tim yang terpaksa harus balapan lari dengan gerombolan banci kaleng!).