Memeriksa Sesuatu yang Tertinggal

“Tak apa. Aku hanya hendak mengambil barang-barangku yang tertinggal di sini.” jelas Ara lalu hendak pergi. Tapi Nod kini menarik tangan Ara.

“Kamu ketua klub tenis?” tanya Nod.

“Iya. Dan kamu siapa  ya?” tanya ketua itu setengah menantang.

“Ah.. sepertinya.. kalau nggak salah aku beberapa hari melihatmu di jalan! Oh iya benar! Pantas saja tak asing! Kamu saat itu sedang menggandeng seorang gadis kan?” tembak Nod langsung.

“Maksudmu dengan Klefa? Iya bisa jadi!” bela ketua klub.

“Gadis ini? Klefa? Tampaknya berbeda deh?” balas Nod. Kini ketua klub gelagapan.

“M-m-mungkin saat itu aku sedang bersama kakakku. Kan wajar ya kalau kakak senang menggandeng adiknya?” bela ketua klub lagi.

Baca juga:

 

“Sungguh? Kenapa kalian lalu masuk ke hotel berdua? Kalau tak salah kau asli sini kan? Kamu sedang apa di hotel bersama ‘kakak’mu itu?” pungkas Nod. Semua yang ada di ruangan terkejut. Tak terkecuali Ara dan Klefa. Si ketua klub benar-benar berkeringat dingin sekarang.

“Klefa, sebenarnya aku juga pernah melihatnya mencium perempuan lain saat ada di taman hiburan.” ujar salah seorang anggota klub. “Aku juga pernah melihatnya kencan dengan perempuan lain” sahut yang lain “Kami ingin memberitahumu, tapi kami takut.” sambung yang lain.

Ara menatap tak percaya kepada Nod. Nod tersenyum kecil padanya memberi tanda bahwa semua sudah dibereskan. Segera setelah itu Nod menarik Ara keluar dari ruang klub, sebelum keadaan menjadi semakin runyam.

“Ara! Terima kasih sudah membantuku!” teriak Klefa ketika Ara dan Nod sudah berada di depan kampus. “Kita masih berteman kan?” tanya Klefa.

“Teman katamu?” Ara terdiam sejenak. Sinar matahari yang terbenam menyinari rambutnya dan kini menjadi kecoklatan. “Aku tak ingin berteman lagi denganmu.” ujar Ara, seketika Nod tahu rasa marah Ara.

“Kau kira aku tak mendengarnya? Sesaat setelah aku terjatuh, kau bukannya berlari untuk menolongku, melainkan.. kamu justru mengatakan ‘Kau pantas menerimanya!” Lalu kini kau masih minta berteman denganku?” tangkas Ara.

“Klefa.. selamat tinggal!” ujarnya lalu berbalik. Sementara Klefa terpaku menatap perginya Ara. Menyisakan beban dosa padanya.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!