“Bagaimana bisa ia tidur dengan situasi seperti ini?” batin Ara ketika melihat Nod yang tertidur di antara berbagai barang dan sampah yang berserakan di lantai.
Ara membersihkan lantai perlahan-lahan. Menjaga agar tak terlalu berisik dan membuat Nod terbangun.
“Tersisa lima hari lagi ya…?” Ara masih merapikan kamar Nod. Ia merogoh kolong tempat tidur Nod. Tangannya mendapatkan sesuatu. Sebuah lukisan yang terbingkai berukuran kecil.
“Indahnya…! Lukisan ini, apakah dia yang membuatnya?” Ara berandai-andai.
Baca episode sebelumnya di: Merasakan Perasaanmu Bukanlah Hal Mudah
“Mau ke mana kita?” tanya Ara ketika Nod memintanya menemani ia pergi. “Dari tadi kamu hanya diam. Tidak seperti biasanya. Kenapa kita harus pergi ke satu tempat yang tak jelas?” tanya Ara masih penasaran.
Mereka tiba di sebuah rumah besar. Pagarnya tampak begitu mewah. Tamannya tertata dengan rapi. Dua mobil limited edition terparkir di halaman depan. Nod melangah masuk begitu saja ke dalamnya.
“Nod! Rumah siapa ini? Kita tidak boeh sembarangan masuk rumah orang!” teriak Ara.
“Ini rumahku…” jawab Nod datar.
“Nod? Kamu anak orang kaya?” Ara tampak tercengang sesaat.
“Bisakah kamu berhenti berkata seperti itu?” pinta Nod merasa agak tidak nyaman.
Baru sampai di depan pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Seorang pria yang tinggi dan kurus keluar dari baliknya. Pria itu mengenakan jas hitam. Wajahnya menggambarkan ketegasan. Tak ada senyum tertoreh di wajahnya ketika ia melihat Nod dan Ara.
“Selamat pagi yah!” ucap Nod sambil memberi hormat pada ayahnya.