Pada tahun 2016, Indonesia memasuki peringkat ke-7 dari 10 negara dengan penderita diabetes melitus tertinggi di dunia. Jumlah penderita diabetes mencapai 10 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. Ini adalah ‘prestasi’ yang amat mengkhawatirkan.
Lebih mengkhawatirkan lagi, berdasarkan riset dr. R. Bowo Pramono, Sp.PD.KEMD, 60% pengidap diabetes tidak sadar bahwa mereka mengidap diabetes. Mereka datang ketika sudah mengalami komplikasi. Ini artinya masyarakat Indonesia masih kurang mendapatkan edukasi mengenai gejala diabetes pada tubuh. Di sisi lain, masyarakat Indonesia pun tidak membiasakan diri untuk screening rutin sehingga kerap penyakit dalam terdeteksi sudah cukup parah.
Lalu, apakah yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia saat ini?
Diet ketogenik adalah jawabannya. Lho kok bisa diet? Kan saya tidak kelebihan berat badan. Kan saya mau makan apa saja sehat.
Kita selama ini kerap menyalah-artikan fungsi diet. Kerap diet hanya diidentikkan dengan upaya menurunkan berat badan bagi sebagian besar penderita obesitas atau sekedar untuk mencapai ‘body goals’ tanpa disadari oleh alasan kesehatan yang mendasar. Akhirnya, kebanyakan orang akan berhenti diet ketika berat badan mencapai target tertentu dan mengulangi pola makan yang tidak teratur. Padahal, diet semestinya dipahami sebagai upaya untuk mencapai berat badan yang ideal dengan pola makan dan gaya hidup yang sehat secara konstan. Berat badan yang ideal bisa dicapai dengan cara menaikkan atau menurunkannya. Jadi, orang kurus pun bisa melakukan diet dengan cara menaikkan berat badannya.