Kebahagiaan sejati?
Sebelumnya dalam kisah
“Gimana Indra Ma?’ tanya pria itu.
Ibu Indra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Anda malaikat kan? Anda pasti tahu bapak itu siapa..” tanya Indra.
“Meskipun itu bukan bapak kandungmu. Ia mencintaimu seperti anak-anaknya sendiri.” sahut Rafael.
“Benar. Dan saya yakin kalaupun saya pergi, ibu saya akan tetap bahagia bersamanya.” jawab Indra
“Cinta bapak saya yang ini jauh lebih besar dibandingkan cinta saya pada ibu. Saya tidak berhak untuk hidup lagi demi ibu.” lanjutnya.
Rafael kemudian melakukan hal yang sama lagi ketika berpindah dimensi. Di tengah perjalanan, Indra berkata, “Anda tidak perlu repot-repot membawa saya pada saudara-saudara saya. Saya tidak memiliki hubungan yang begitu baik dengan mereka.”
Rafael mengabaikan kata-katanya. Mereka kini di sebuah kamar. Kamar yang sangat rapi. Meja kerja dengan komputer terletak di sudut ruangan. Terdapat beberapa figure Pokemon yang tertata di mejanya. Buku-buku terletak di rak. Sebagian novel, sebagian besar lainnya adalah buku tentang bisnis. Itu adalah kamar Indra. Kamar yang selalu rapi. Indra adalah pria yang benci ketidakteraturan. Semuanya harus tertata.
“Seleramu bagus juga. Aku juga suka Blaziken.” kata Rafael sambil menunjuk figure yang terletak di meja kerja Indra.
“Jangan sentuh. Itu barang langka. Harganya mahal.” jawab Indra kesal.
Pintu kamar terbuka perlahan. Tampak seorang perempuan mengintip. Lalu kemudian membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Perempuan dengan tubuh kecil dan rambut panjang berwarna coklat alami yang begitu indah. Perempuan itu melangkah masuk, lalu melihat pigura yang terpajang di meja Indra. Lalu duduk di kasur Indra.
“Seketika aku rasanya mau mati juga.” kata perempuan itu. Setelah itu menangis.
“Aku nggak tahu kalau kamu bakal kayak gini. Maaf kalau selama ini aku selalu jengkel sama kamu. Iri sama kamu. Aku berharap kamu bertahan.” perempuan itu terus berucap sambil tersedu-sedu.
Baca juga:
“Lihat. Kakakmu begitu mencintaimu.” tunjuk Rafael.
“Dia sudah punya suami. Kematian saya hanya akan menjadi momen sedih sementara untuknya.” jawab Indra.
“Lagipula.. orang datang dan pergi begitu saja kan?” lanjut Indra. “anda mau membawa saya ke mana lagi setelah ini?” tanya Indra setengah menantang.
Rafael berpikir. “Tidak mungkin kan mantan tidak akan menyesal kalau tahu Indra seperti ini?”
“Baiklah, aku akan membawamu ke suatu tempat yang selama ini menjadi alasanmu untuk hidup.” jawab Rafael percaya diri.
Seketika ruangan itu terputar. Berubah menjadi ruangan yang kecil. Tidak banyak barang di dalamnya. Hanya sebuah meja belajar, lemari pakaian berukuran sedang, dan kasur lantai.
“Ini..” Indra menggumam.
“Ya..mari kita lihat keadaannya.” jawab Rafael tenang.
Indra melihat di atas kasur terduduk seorang gadis. Gadis yang dicintainya sepenuh hati. Gadis yang dijaganya selama ini. Begitu senangnya hati Indra melihatnya. Tapi ia menyadari sesuatu yang janggal. Gadis itu tidak tampak kehilangan. Ia tampak sedih, tapi tidak tampak kehilangan.
Indra menatapnya. Indra berjongkok agar dapat melihat wajah gadis yang dicintainya dengan jelas. Indra lalu menatap Rafael dengan tatapan yang amat sedih. Lalu ia menggeleng-gelengkan kepala.
Menyadari itu, tampaknya Rafael sadar sudah melakukan kesalahan besar. Lalu terdengar suara ketukan pintu.
“Sayang.. ayo kita pergi..” sahut suara laki-laki dari balik pintu.
Rafael dan Indra terkejut bukan main. Sebelum gadis itu beranjak untuk membukakan pintu, Rafael cepat-cepat mengubah dimensi ke tempat semula. Kini keduanya berada dalam keheningan yang mencekam.