Apa Sebenarnya Alasan yang Paling Membuat Manusia Ingin Hidup?

Tampaknya harapan itu kini benar-benar pupus

“Tuan Rafael. Apa sebenarnya yang anda inginkan dari saya?” Indra bertanya dengan nada putus asa.

Rafael yang semula tampak begitu percaya diri kini menunjukkan wajah sedihnya.

“Mengapa setelah saya melihat itu semua, saya justru makin tidak ingin hidup?” tanya Indra setengah marah.

“Apakah benar saya ditunjuk untuk membawa perdamaian bagi dunia? Tapi mengapa saya sendiri tidak menemukan kedamaian itu?”

“Tidak ada alasan bagi saya untuk hidup. Bahkan sekalipun itu harta, toh pekerjaan saya biasa-biasa saja. Apakah tidak ada orang lain yang lebih bahagia dari saya, yang lebih bersahaja dari saya, yang bisa mewujudkan misi itu?”

Baca juga:

 

Rafael kini tampak kecewa mendengar semuanya. “Maafkan aku. Aku akan mencoba mengurus perpindahanmu ke surga dengan atasanku. Sementara kamu menunggu, kamu bisa berpindah ke dimensi lain sesuka hati dengan kekuatanku.” setelah itu Rafael meminta Indra mengadahkan tangannya. Lalu memberinya cahaya dari tangannya ke tangan Indra.

“Silahkan kamu pergi ke manapun yang mampu membuatmu merasa damai sebelum ke surga.” pinta Rafael lalu pergi meninggalkan Indra.

Indra hanya merasa sedih, tapi ia tidak dapat menangis. Ia hanyalah roh. Ia pun sebenarnya tidak tahu ke mana ia harus pergi di saat seperti ini. Rasanya tidak ada tempat di bumi yang mampu mebuatnya merasa bahagia. Dalam keputus asaannya itu, Indra tersadar bahwa kini ia berada di tempat yang berbeda.

Pemakaman. Pemakaman yang tampak tak asing. Pemakaman yang hanya ia kunjungi setahun sekali.

Pemakaman yang selalu membuatnya rindu setiap waktu.

Pemakaman seseorang yang selalu membuatnya bahagia sejak kecil.

Pemakaman ayahnya.

Tanpa sadar ia sudah berada tepat di depan nisan ayahnya.

Dunia Masih Harus Menunjukkan Kebaikannya pada Orang yang Menyesal dan Bertobat
Dunia Masih Harus Menunjukkan Kebaikannya pada Orang yang Menyesal dan Bertobat

“Halo Indra.” suara berat seorang pria terdengar begitu jelas. Menyapa dengan kehangatannya yang khas. Kehangatan seorang ayah yang dirindukan Indra selama ini.

“P-p-p.. Papa?” jawab Indra terbata-bata.

“Kamu baik-baik saja kan? Papa selalu meminta dewan surga supaya membuatmu bahagia.” jawab ayah Indra sambil tersenyum.

Baca juga:

 

Seandainya Indra dapat menangis, saat itu juga ia akan menangis tersedu-sedu. Betapa bahagianya dirinya bertemu kembali dengan ayahnya.

Melihat reaksi anaknya, ayah Indra berkata, “Pasti berat ya menerima semua kenyataan ini? Tapi itu hanya masalah kecil kok.”

“Kamu.. dipinjami kekuatan Rafael?” tanya ayahnya ketika melihat tangan Indra yang memendarkan cahaya kebiruan.

Indra mengangguk.

“Baiklah. Papa akan mengajakmu ke suatu tempat.” lalu ayahnya menggenggam tangan Indra dan mereka berpindah ke tempat lain.

Mereka kini berada di sebuah rumah kecil. Rumah yang tampaknya tak begitu terawat. Mereka masuk ke dalam. Tampak di sudut ruangan mana pun, tak ada satupun perabotan. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Semakin mereka mendekati sebuah kamar, terdengar isak tangis seorang pria.

“Maafkan aku.. maafkan aku.. Kumohon jangan mati.” ujar pria itu berulang kali sambil terisak.

Pria itu terduduk di sudut ruangan. Menangis tersedu-sedu. Tampak beberapa luka gores di tubuhnya, tapi tidak serius.

“Pria itu adalah orang yang menabrakmu di malam hari. Itu pun sebenarnya di luar kendalinya.” jelas ayah Indra.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!