Buku Ajaib dari Perpustakaan

Suatu hari cerah di The Elysium Academy, sekolah yang terkenal dengan fasilitas dan kurikulum yang canggih, terdapat dua siswa kelas 6 bernama Galang dan Dewi. Mereka adalah duo pembaca buku yang tidak bisa dipisahkan. Setiap harinya, sesudah bel pulang berbunyi, mereka akan segera menuju perpustakaan dan terbenam dalam dunia cerita yang beragam.

Suatu sore yang hangat, mereka menemukan buku yang tampak usang dan berdebu tersembunyi di antara rak buku. Buku tersebut tampak tua dan terlupakan, dengan judul yang memikat perhatian mereka. Mereka pun membuka buku itu dan tiba-tiba terjadi sesuatu yang luar biasa.

“Ayo, ikutlah bermain denganku!” tertera di halaman pertama buku tersebut. Tanpa ragu mereka berdua segera menjawab ya. Tiba-tiba, sebuah kekuatan magis menyeret mereka ke dalam dunia yang ada di dalam buku tersebut. Sepasang speaker mengucapkan selamat datang dan memperkenalkan permainan yang baru mereka masuki. Untuk keluar, mereka harus menyelesaikan tiga tantangan, dengan konsekuensi jika gagal, mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia nyata. Tantangan pertama pun dimulai.

Dalam tantangan pertama, Galang dan Dewi diberi tongkat sihir dan harus melawan makhluk yang tampak seperti siomay besar. Mereka mencoba berbagai cara untuk menggunakan tongkat sihir tersebut, namun tidak ada hasil. Ketika Dewi membaca mantra klasik “Abrakadabra”, ternyata tidak ada efeknya.

Sementara mereka menghindari serangan makhluk siomay, Galang melihat petunjuk berupa kata “Experientia” di balik suatu kaca. Ia mencoba mantra tersebut dan berhasil mengaktifkan tongkat sihirnya. Namun, mantra itu tidak berhasil untuk Dewi. Setelah mencari, Dewi menemukan mantra “Fantasmia”, dan ternyata itu berhasil untuk mengalahkan makhluk siomay tersebut. Sebuah kristal pun muncul sebagai tanda mereka telah menyelesaikan tantangan pertama. Mereka segera mengambil kristal tersebut dan menuju ke tantangan berikutnya.

“Ah, kalian berhasil melalui tahap pertama. Tapi pasti kalian tidak akan bisa melewati tahap kedua!” Di tahap kedua, mereka harus mencari tiga kunci berbeda untuk membuka tiga pintu berwarna merah, hijau, dan biru. Mereka harus menyelesaikan tantangan di balik tiap pintu dan memastikan untuk tidak kalah.

Dengan kunci merah di tangan, mereka memasuki pintu berwarna merah. Di sana mereka harus menemukan dan menyusun sembilan kata menjadi kalimat. Setelah berhasil, mereka mendapatkan kalimat, “Kalian akan menemukan kunci hijau di dalam kotak perak.” Mereka segera mencari kotak perak tersebut dan menemukan kunci hijau di dalamnya. Mereka pun melanjutkan ke pintu hijau.

“Aduh, kalian berhasil lagi. Tapi kalian pasti tidak akan mampu melewati tantangan terakhir ini!” speaker tersebut berseru sambil tertawa mengejek.

Di balik pintu hijau, mereka menemukan sebuah labirin raksasa dengan banyak jalan buntu. Di tengah labirin, terdapat kotak emas yang memancarkan cahaya keemasan. Dewi dan Galang memasuki labirin tersebut dan mulai mencari jalan mereka menuju kotak emas.

Sambil berjalan di antara dinding labirin yang tinggi, mereka mendengar suara-suara halus yang seolah-olah membimbing mereka ke arah yang benar. Setelah beberapa lama, mereka berhasil menemukan kotak emas dan membukanya. Di dalamnya, mereka menemukan kunci biru yang mereka butuhkan untuk membuka pintu terakhir.

“Kalian mungkin berhasil menemukan kunci ini, tapi apa kalian bisa mengalahkan tantangan terakhir?” suara speaker tersebut terdengar lagi.

Mereka memasuki pintu biru dan menemukan diri mereka berdiri di tepi sebuah danau raksasa. Di tengah danau, ada sebuah platform dengan kotak berwarna hitam yang memancarkan cahaya biru misterius. Tantangan terakhir adalah mencapai platform tersebut. Namun, tidak ada jembatan atau perahu yang dapat digunakan untuk mencapainya.

Dewi dan Galang saling melihat dan tahu bahwa mereka harus mencoba menggunakan tongkat sihir mereka. Mereka berdiri di tepi danau dan menyebut mantra mereka, “Experientia” dan “Fantasmia.” Sebuah jembatan cahaya muncul di atas air, membentang dari tepi danau ke platform.

Mereka berjalan di atas jembatan cahaya tersebut dan berhasil mencapai platform. Mereka membuka kotak hitam dan menemukan kristal terakhir yang mereka butuhkan untuk keluar dari permainan.

Tiba-tiba, mereka merasa tubuh mereka ringan dan sekejap kemudian mereka kembali berada di perpustakaan The Elysium Academy, dengan buku tua itu masih terbuka di depan mereka. Mereka menatap satu sama lain, tersenyum lega dan berjanji untuk tidak lagi sembrono membuka buku tanpa mengetahui isinya terlebih dahulu.

Namun, di balik senyum mereka, ada keinginan untuk menjelajahi lebih banyak lagi buku-buku di perpustakaan dan mungkin menemukan lebih banyak lagi petualangan seperti ini. Hari itu menjadi pengalaman yang tidak akan pernah mereka lupakan dan membuat mereka semakin mencintai dunia literasi.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!