Apa Sebenarnya Alasan yang Paling Membuat Manusia Ingin Hidup?

Pria yang menabraknya tampak begitu menyesal

Indra menatapnya.

“Istri dan anak-anakku meninggalkanku. Mereka menuduhku berselingkuh. Tapi ternyata justru istrikulah yang berselingkuh dengan laki-laki lain. Semua perabotan yang kami kumpulkan bersama diambilnya. Rumah ini disapu bersih bahkan sampai satu sendok pun tak ada. Sepucuk surat perpisahan dari mereka tidak ada sama sekali. Aku dianggap sampah oleh mereka.” pria itu terus meracau.

“Apa dia tahu kalau kita di sini?” tanya Indra.

“Tidak. Ia hanya ingin mengungkapkan rasa penyesalannya yang terdalam.” jawab ayahnya.

“Malam itu aku begitu putus asa. Aku minum-minum sepuasku. Lalu menyetir, berharap aku akan mati kecelakaan. Tapi aku justru menabrak orang tak bersalah. Ia saat ini kritis dan sementara aku di sini sendiri. Hanya dengan luka gores yang sedikit.”

“Mengapa aku harus mencelakai orang lain demi keegoisanku….” lalu pria itu kembali terisak.

“Masih banyak orang yang memiliki masalah yang lebih tragis dari ini. Bumi ini, di zaman ini, seharusnya jauh lebih berbaik hati kepada manusia-manusia yang semacam ini. Bumi ini tidak layak hancur karena keegoisan beberapa orang. Bumi ini adalah satu-satunya tempat, satu-satunya rumah bagi manusia. Bukankah jauh lebih baik, apabila kita membuat bumi menjadi rumah yang nyaman bagi orang-orang ini?” tanya ayah Indra sambil tersenyum.

“Mari kita kembali.” ajak ayah Indra lalu mereka pergi ke tempat Indra semula.

“Temui Rafael segera, lalu katakan keputusanmu. Apapun itu, pintu ayah akan tetap terbuka untukmu..” setelah mengatakan itu ayah Indra pun menghilang.

Indra terdiam, menatap ruangan kosong yang seolah masih meninggalkan bayangan ayahnya. Ia lalu mengangkat tangannya, melihat tangannya yang masih berpendar biru.

“Ke manapun aku mau huh?” ujar Indra setengah jengkel. “Mari kita ke tempat Tuan Rafael sekarang.”

Indra kini telah berada di tempat yang tampak begitu indah. Sungai mengalir begitu jernihnya. Hewan-hewan yang jinak maupun liar bermain bersama. Matahari tampak begitu bersinar terang, namun tidak begitu panas. Justru hawanya terasa begitu sejuk. Dari kejauhan Indra melihat Rafael berjalan. Rafael tampak begitu lesu dan frustasi.

Baca juga:

 

“Tuan Rafael.” sapa Indra.

“Weeeee! Kenapa kamu bisa di sini??” Rafael terkejut bukan main. Surga adalah tempat terlarang bagi jiwa yang belum selesai status administrasinya.

Indra hanya menunjukkan kedua tangannya. Lalu Rafael menghela napas melihatnya.

“Sini kembalikan!” sahut Rafael sambil menarik tangan Indra.

“Saya sudah memutuskan..” Indra berusaha menjelaskan.

“Ya ya yaa.. aku tahu.. ini aku sudah mengurus beberapa administrasi untuk kepindahanmu ke surga. Sungguh merepotkan.”

“Tidak. Saya memutuskan untuk menjalankan misi dari surga.” jelas Indra sedikit tersenyum.

“Yaaa.. terserah.”

Rafael terdiam.

“APAAAA?? Kamu mau?? Nilai TEOFL-mu saja hanya 170!” teriak Rafael.

“Jadi misi saya dibatalkan?” tanya Indra kebingungan.

“Belum sih. Tapi tadi TOEFL jadi alasanku supaya dewan surga membatalkan misimu.” jawab Rafael.

“Huff.. baiklah. Kini apa alasanmu untuk hidup kembali?” tanya Rafael sambil berkacak pinggang.

Just a magical place
Just a magical place…

“Bumi.. harusnya baik terhadap semua manusia. Tuhan menurunkan hujan bagi orang benar dan salah. Semua nyawa memiliki arti. Bumi tempat manusia berpijak adalah satu-satunya rumah ternyaman yang diciptakan bagi manusia. Kalau mencegah perang artinya menyelamatkan bumi dan demi mewujudkan semua mahluk di dunia hidup bahagia dan damai, maka misi ini memang benar layak diperjuangkan.” jelas Indra.

“Hmm alasan yang bagus. Kamu sekarang benar-benar mirip Narto.” puji Rafael.

“Naruto.”

“Ya apalah itu, ninja yang banyak ceramahnya kan?”

“Naruto. Itu anime favorit saya.”

“Pantas. Baiklah. Mari kita ke dewan surga untuk mendelegasimu.” ajak Rafael.

Dan begitulah akhirnya, Indra mengemban misi mulia dari dewan surga. Ia tersadar dari komanya dan dengan bantuan dewan surga ia mendapatkan petunjuk untuk mencegah perang dunia ketiga. Sekali lagi, bumi terselamatkan dari ancaman kehancuran.

.

.

.

“Bagaimana Tuan? Kerjaku sudah bagus kan?” tanya Rafael pada ketua dewan surga.

“Seandainya aku tidak turun tangan sendiri saat itu, sudah dipastikan kamu tidak akan bisa jadi malaikat cinta lagi.” jawab ketua dewan surga acuh.

Baca Cerpen Awal Mula Cerita ini di Bumi dalam Bahaya Kehancuran! Dewan Surga Harus Memilih Seorang Manusia untuk Mencegah Kehancuran Bumi

Baca juga:

 

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!