Wanita Bermata Iblis terinspirasi dari sebuah kisah nyata yang didramatisir. Tak perlu menganggap bahwa seluruh bagian cerita benar-benar terjadi. Harap pembaca menyikapi cerita pendek ini dengan bijak. Happy Reading and Chilling! Tekan “mainkan di browser” pemutar musik dari Soundcloud untuk mendukung suasana membaca! 😀
Tok! Tok! Tok! “Mas Doko?” sahut seseorang dari luar.
“Iya! Sebentar!” teriakku dari dalam rumah. Bergegas menuju pintu ruang tamu.
“Ya mas? Ada apa?” tanyaku ketika melihat mas Robi tetangganya berdiri di depan pintu. Mulutnya belepotan dengan remah-remah risoles.
“Mas Doko, ini ada yang nawarkan jajanan pasar.” Jelas Robi sambil menunjuk wanita yang tampaknya sudah berusia 60-an di sebelahnya.
‘Waduh.. lagi nggak pingin njajan padahal.’ Batin Doko kesal dengan Robi yang seenaknya saja mendatangkan wanita tua ke depan rumahnya.
“Aduh,, ma-..” ujar Doko ingin menolak, tapi Robi memotongnya langsung. “Udah dibeli saja! Kasihan!” Kata Robi sambil mempersilahkan ibu tua itu masuk ke rumah Doko.
“Sudah ya!” ucap Robi langsung meninggalkan Doko bersama seorang ibu tua. Anehnya Doko pun tetap duduk di ruang tamu seolah mengamini kehadiran wanita tua itu.
‘Apa yang kulakukan? Mas Robi sialan!’ Doko begitu dongkol karena ia tak menyukai situasi ini.
“Nak, bantu saya ya? Beli lah barang 1-2 saja.” Ujar wanita tua itu sambil menyodorkan kotak kardus yang dibawanya. Doko hanya mengamati dari jauh. Enggan memeriksanya. Kotaknya saja tidak menarik, apa lagi dalamnya.
Doko hanya tersenyum, lalu mendorong lagi kardus yang disodorkan wanita tua itu, “maaf bu! Saya tidak sedang ingin jajan.”
Wanita tua itu kini mengerutkan keningnya. Ada satu hal yang baru saja disadari oleh Doko saat itu. Bau aneh yang tercium di ruang tamunya rupanya berasal dari wanita tua itu. Baunya seperti keringat bercampur amis, entah amis apa itu, Doko tak ingin berasumsi.