Segera setelah aku mematikan mesin sepeda motorku, aku berjalan menuju pintu depan. Kudengar suara siaran televisi di balik pintu rumah mamaku. Kukira ada yang sedang menonton pada saat itu, jadi tidak mungkin pintunya akan dikunci.
“JEGREK!”
Sial. Ternyata pintu rumah dikunci! Tahu begini aku bawa saja tadi kunci cadangan rumah mamaku. Kuketuk-ketuk pintu supaya ada yang membukakan pintu bagiku.
“Ma?” tanyaku sambil mengetuk-ngetuk pintu.
Tak lama setelah kuketuk-ketuk, kudengar suara kaki melangkah. Lebih tepatnya suara sandal yang diseret sehingga suaranya tedengar begitu jelas. Benar-benar kebiasaan mama, melangkah sambil menyeret langkah. Kebiasaan ini justru membuatku selalu sadar kalau mama pasti ada di rumah.
Kudengar suara seretan langkah itu semakin mendekat ke balik pintu. AKu tersenyum lega. Memikirkan bahwa setelah ini aku segera makan masakan mama.
“Cklick! Cklick!” suara kunci pintu dibuka. Aku menghela napas lega.
Langsung saja aku buka gagang pintu dengan semangat. Tapi…
“JEGREEEKKK!!!” pintu tetap terkunci. Seolah-olah pintu itu marah padaku. Ia menolak untuk membukakan daunnya supaya aku bisa masuk.
Aku diam sesaat. Aku menunggu. Barangkali kuncinya menyangkut. Barangkali mama akan mencoba lagi membuka kunci pintunya.