Sore itu cukup mendung. Kami berdua duduk di pinggir jalan raya. Melihat lalu-lalang aktivitas pengendara saat arus balik. Melihat polisi yang sedang mengatur lalu lintas agar lancar. Melihat betapa banyaknya kendaraan yang melaju kencang, seolah-olah mereka tidak memiliki banyak waktu untuk melaju perlahan. Tidak ada yang mau mengalah. Semua ingin menjadi yang tercepat, yang terdepan.
Sesekali aku bersandar di bahu pacarku. Melihat pacarku yang hanya diam dan melamun dari tadi. Entah apa yang dipikirkannya.
“Mikirin apa mas?” tanyaku penasaran.
“Nggak mikirin apa-apa. Cuma lagi ngitung berapa mobil merah yang udah lewat dari tadi.” Jawabnya datar.
Dasar. Dari dulu dia selalu mikir sesuatu yang nggak penting dan aneh. Tapi justru dari situ dia tampak menarik.
“Mmmmm mas. Sudah jam 5 lho.. Kamu pulang aja..” suruhku setelah melihat jam tangan hitamku.
“Sebentar lagi deh.. Lima belas menit aja yaa? Lagian travelmu belum datang nih.” tawar pacarku.
“Sekarang aja! Ada calon penumpang lain kok di sini.. Nggak apa-apa.” Jawabku
“Ya sudah.. Aku pulang sekarang yaa?” jawab pacarku sambil berdiri lalu mencubit pipiku. “Hati-hati!”
“Sana! Sana!” usirku sambil tertawa kecil.
Pacarku berjalan menuju motornya yang diparkir tidak jauh di depan kami. Setelah motornya menyala, ia lalu pergi sambil melambaikan tangannya.
Aku melihatnya semakin menjauh. Dan kemudian hilang di tengah panjangnya antrian mobil dalam arus balik liburan.
. . .
Baca juga: