“Jadi to.. dulu itu ada penghuni asrama yang gantung diri di kamar mandi kosong. Yang pojokan nggak pernah di pake itu. Gara-gara kangen sama Mamanya yang baru aja meninggal”
“Masa sih Win?” suasana kelas ramai karena cerita Edwin.
“Dengerin tuh Yu.. referensi cerita hantumu..” kataku menyindir Wahyu.
“Elah Shan.. orang idiot juga bakal tahu kalau Edwin itu cuma bohongin kita. Masa kemarin dia bilang di sini itu ada hantu yang dulunya mati gara-gara sendok.”
“Sendok?”
“Iya.. sendoknya ditelen katanya.. bunuh diri gara-gara kangen sama bapaknya..” Wahyu menjelaskan dengan nada datar.
“Asem..! Ya kalau gitu mah anak TK juga gak bakal ketipu. Tapi kok temen-temen pada suka dengerin ceritanya ya?” tanyaku lalu memandang teman-teman yang mengerumuni Edwin.
“Ya mungkin ini hiburan buat mereka. Habis mereka dengerin kan mereka mbully Edwin”
“Iya juga yaaa.. Hahahahhaaa..” aku tertawa terbahak-bahak. Seketika kerumunan itu berbalik memandangku.
“Kalian nggak pada kesurupan kan? Hahahaha..”
Teman-teman hanya diam saja. Menatap satu sama lain. Lalu teriak, “Haha lucu Shan..Lucuuu..”
“Siapa juga yang nglucu..?” jawabku sewot.
“Sukurin!” ejek Wahyu.
. . . .
Sudah malam lagi. Rasanya aku sudah lama di asrama ini. Padahal baru 2 minggu. Teman-teman sudah bosan dengan bualan Edwin. Malah sekarang, Edwin kerap jadi bahan olokan oleh teman-teman. Tampaknya, kini cerita hantu tidak akan eksis lagi di sini. Toh semuanya aman terkendali. Hanya saja, kenapa aku tiba-tiba teringat cerita Wahyu? Kutatap lagi jendela yang tertutup. Angin di luar kencang sekali. Kupastikan jendela itu benar-benar terkunci. Aku agak takut mendengar suara gemeretak pintu dan dahan yang bergesekan karena angin kencang. Lalu tidurlah aku.
Baca juga:
“Shan.. Shandy,,,!” aku terbangun. Mendegar seseorang memanggil namaku.
Jam dua. Siapa yang iseng memanggil namaku jam segini?
“Yu? Apa manggil-manggil?” tanyaku malas.
Tidak ada jawaban.
“Shan.. Shandy..!” suara itu memanggil lagi. Kudengarkan baik-baik dan seketika itu aku sadar kalau itu suara seorang perempuan.
Angin di luar begitu kencang. Jendela di samping bedku mulai ikut berderak kencang.
“Shan.. Shandy…!” suara itu kini terdengar makin jelas. Di balik jendela! Suara perempuan itu ada tepat di balik jendela!
Kuberanikan diri untuk menatap jendelaku. Aku mau memastikan kalau jendela benar-benar tertutup rapat. Tapi tiba-tiba..
BLAAKK!!! Daun jendela terbuka begitu keras. Dan yang kini kulihat, wajah seorang wanita..berambut pirang.. dan tanpa mata.. tepat berada di depan wajahku!
“SHAN.. SHAN-DYYYY…!!!”
Kudengar suara kicauan burung. Ah rupanya cuma mimpi. Tapi.. kenapa semua basah? Astaga! Aku tersadar di tengah-tengah sawah! Sawah ini.. sawah ini berada tidak jauh dari asramaku. Jadi.. apa sebenarnya yang terjadi? Apakah kejadian semalam itu nyata? Aku berjalan dengan gontai ke asramaku.
Sesampainya di asrama, semua menatapku dengan terkejut. Terutama karena penampilan kotorku ini. Kepala sekolah langsung memanggilku dan menanyakan ke mana saja aku selama ini. Aku bingung. Aku tidak ingat apa-apa. Kata teman-temanku, aku sudah menghilang selama sebulan.
Di saat aku kebingungan, aku melihat kerumunan teman-temanku di sekitar kantor kepala sekolah. Di saat itu aku sadar, di tengah-tengah mereka berdiri seseorang. Seseorang yang sudah tidak asing lagi bagiku.
Wanita tanpa mata. Ia tersenyum melihatku, dan memanggilku dengan berbisik.
“Shan… Shandy..!”
Kamu suka menulis? Pingin tulisanmu dibaca banyak orang dan mendapat banyak masukan dari kami agar makin berkualitas? Kamu bisa daftar jadi anggota BacaSajalah dengan klik link ini! Jangan lupa cek inbox/ spam box kamu dalam waktu 5 menit setelah kamu melakukan pendaftaran!
Baca juga: