Pendekatan Essai dan Naratif dalam Dokumenter

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam membuat dokumenter, yaitu pendekatan essai dan naratif. Pendekatan essai dan naratif dalam dokumenter memiliki ciri khasnya tersendiri.

Pendekatan Essai dan Naratif dalam Dokumenter menurut Fachruddin (2012: 320):

Pendekatan essai yang mengetengahkan secara kronologis atau tematik agar makna yang disampaikan mudah dimengerti dan menarik penyajiannya. Sementara itu pendekatan naratif menggunakan konstruksi konvensional, yaitu tiga babak penuturan (awal, tengah, akhir).

Karena menggunakan narasi (voice over) hanya dari narator, pendekatan semacam ini hanya menarik apabila digunakan untuk memproduksi karya dokumenter singkat. Bisa jadi berurasi tak lebih dari 30 menit. Lebih dari itu, para penonton mungkin akan merasa kelelahan mendengarkan penjelasan mendetail dari sang narator secara terus menerus.

 

Perbeaan pendekatan naratif terletak di sini

Berbeda dengan pendekatan essai, pendekatan naratif menekankan pada tiga pembabakan layaknya drama. Pendekatan naratif memperkuat unsur human interest dan menumbuhkan empati bagi penontonnya. Kelemahan dari metode pendekatan ini adalah, tidak semua penonton memiliki tafsiran yang sama atas pesan tersembunyi di balik realitas yang dipertunjukkan.

Dinamika diciptakan agar dokumenter tidak tampak membosankan
Dinamika diciptakan agar dokumenter tidak tampak membosankan

Menurut Ayawaila, dinamika kreativitas dapat dituangkan sepenuhnya untuk dapat menuntun penonton agar tetap memperhatikan isi film (http://gerzonayawaila.blogspot.co.id/2010/05/penyutradaraan-dokumenter.html, diakses pada 12 Mei 2017).

 

Penuturan yang khas dari pendekatan naratif

Umumnya setiap isi penuturan dalam film memerlukan sudut pandang (point of view), untuk menerangkan dari sisi mana dan siapa yang bertutur dalam film tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya semacam karakter atau tokoh yang akan menuturkan isi dan pesan dari film, di dalam film dokumenter biasa diistilahkan dengan benang merah penuturan (karakter yang mengikat keseluruhan cerita).

Karakter yang digunakan (subjek dokumenter) juga menjadi tokoh utama yang menjadi pengikat cerita sekaligus pemicu emosi. Kehadirannya dalam dokumenter menjelaskan hubungan sebab akibat. Selain itu, dengan kehadiran subjek dokumenter, penonton dibawa pada realitas sudut pandang subjek dokumenter sehingga memiliki pandangan baru terhadap topik yang dibahas dalam dokumenter tersebut.

Dengan memadukan dua pendekatan ini, penulis mampu menempatkan subjek dalam dua posisi sekaligus, yaitu sebagai pihak yang menceritakan dirinya sendiri (in frame) dan menjadikan suaranya sebagai bagian dari narator untuk mengisahkan realita (out frame).

Baca juga:

Tulisan ini merupakan bagian dari skripsi tugas akhir berjudul "Penerapan Perpaduan Pendekatan Essai dan Naratif dalam Penulisan Naskah Dokumenter 'Di Balik Laju Roda Besi'" karya M. Brahmantya N. P.

Referensi:

Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Ditulis dalam http://gerzonayawaila.blogspot.co.id/. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!