“Aneh…” Gusta masih mengacak-acak lemari pakaiannya. Ada sesuatu yang hilang.
“Bibi! Apa bibi yang menyinggahkan dressnya?” teriak Gusta.
“Dress yang mana ya?” teriak bibi dari dapur di belakang.
“Yang tadi pagi bi! Yang bukan punyaku itu!” teriak Gusta.
Tak ada jawaban sama sekali. Tapi Gusta merasa ada yang aneh. Seseorang seperti tengah mengawasinya. Gusta menoleh dengan perlahan. Ia tahu betul bahwa benar-benar ada yang mengawasinya di senja yang mulai gelap ini dari depan pintu kamarnya.
“Bi?” Gusta keheranan melihat bibinya tengah berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan mengenakan dress yang hilang itu.
“Bibi kenapa?” Gusta bertanya kebingungan karena bibi menatapnya tanpa berkedip sedikit pun dengan sorot mata yang mengerikan. Gusta juga masih heran dengan seluruh tubuh bibi yang pucat.
Bibi kini mengangkat kelima jarinya menghadap Gusta. Susah payah dilakukannya. Kepala bibi kini digeleng-gelengkan dengan wajah yang ketakutan. Bibi membuka mulutnya perlahan, seolah benar-benar kesulitan saat ingin mengucapkan sesuatu.
“P-p-p-e-r-…” ujar Bibi semakin terlihat tersiksa.
“Bi? Bibi kenapa bi?” Gusta mulai ketakutan melihat mata bibi yang kini menjadi putih dan keluar darah dari mulutnya ketika ia berusaha berbicara demikian.
“P-p-p-e-e-r-r-g-g-iiiiiiiiiii…..” bibi kini berteriak dengan kencang mengejutkan Gusta. Matanya kini menghitam. Mulutnya menganga lebar. Darah mengucur dari setiap bagian tubuhnya bagaikan keluar dari sayatan pada setiap tubuhnya. Angin kencang menerpa Gusta. Gusta memejamkan mata dan berteriak sekencang-kencangnya karena ketakutan.
Tiba-tiba terdengar derap langkah yang mendekat ke kamar Gusta.
“Gusta! Kamu kenapa?” teriak bibi bergegas masuk ke kamar.
“Bibi?! Bibi nggak kenapa-napa kan?” tanya Gusta ketakutan.
“Bibi di sini nak! Ada apa?” tanya bibi sementara Gusta sudah menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan bibi.
“Sepertinya aku baru saja melihat hantu yang menyerupai bibi!! Aku takut!!!” jelas Gusta. Bibi kini menepuk-nepuk punggung Gusta.
“Malam ini Gusta tidur sama bibi saja ya?” tawar Bibi. Gusta mengangguk.