Ardi berusaha bangun. Darah bercucuran dari lengannya. Ia kini meringis kesakitan.
Sementara pria itu juga terbangun, memegangi lengan kanannya. Ketika pria itu melepaskan genggaman dari lengan kanannya, tampak sebuah luka bekas tusukan tertoreh di sana.
“Apa yang kamu lakukan?!” tanya pria itu tak percaya.
“Menyelamatkan Hana!’ jawab Ardi kesakitan.
“Aku sedang berusaha menyelamatkanmu! Tapi kamu tak menghargainya!” teriak pria itu.
“Bagaimana kau bisa menyelamatkanku jika itu artinya mengambil Hana dariku?!” balas Ardi.
“Aku tidak peduli! Aku sayang diriku sendiri!” kini pria itu mengambil pisau lain yang terletak di meja. Pria itu berlari kencang menuju Hana, sementara Ardi masih tak dapat bergerak karena kesakitan. Baru saja pria itu semakin mendekat pada Hana, terdengar suara tembakan bertubi-tubi.
DOR! DOR! DOR!
Seketika pria itu terjatuh. Di saat bersamaan ketika timah panas menembus jantung pria itu, Ardi seolah merasa ada yang menghancurkan jantungnya pula. Saat itu pula Ardi tak sadarkan diri, bersamaan dengan tibanya pria itu ke permukaan tanah.
Suara ambulans terdengar begitu kencang. Ardi terbangun ketika ia melihat Hana tengah mendekap tangannya. Mereka berdua ada di dalam ambulans.
“Jangan tinggalkan aku.” ucap Ardi pada Hana. Hana hanya membalas dengan anggukan kecil disertai dengan mata yang berkaca-kaca ketika melihat Ardi tersadar. Malam itu menjadi malam yang tak akan pernah dilupakan Ardi.