Kisah Nyata Horror: Chandik Ala

Merasa sudah pasti ada yang mencari. Pak Mul menarik gas motornya segera menuju ke Gereja.

Sesampainya di gereja, pak Mul menangkap suasana panik yang ada. Melihat itu Pak Mul tidak tega untuk berkata jujur pada Bapak-Ibu. Pak Mul memutuskan untuk mengatakan bahwa Tian ditemukan di tepi kali supaya kepanikan mereda.


“Begitu pak Wan yang bisa saya sampaikan. Saya minta maaf, karena jujur, saya tidak tega untuk terus terang saat itu. Takut ibunya makin panik!” ungkap pak Mul.

“Tidak masalah. Yang penting cucu saya sudah ketemu. Meski demikian, saya juga sudah tahu kalau saat itu, sepertinya cucu saya hilang karena hal lain. Bukan karena dia sekedar bermain.” jelas Bapakku. Semua bapak kemudian semakin fokus mendengarkan.

“Sebenarnya, saya baru saja diberitahu beberapa hari lalu. Sama orang gereja. Kalau di CCTV di hari kejadian hilangnya cucu saya, cucu saya memang tidak terlihat di CCTV manapun. Tidak ada jejak cucu saya keluar gerbang gereja. Atau di halaman gereja. Atau di sudut manapun. Tidak ada. Jadi bisa saya simpulkan. Saat itu, chandik ala, dan memang cucu saya ‘terpancing’ umpan.”

“Umpannya apa?” tanya pak Salim.

“Anak kecil.” jawab Pak Tono. “Saksi mata mengatakan, kalau bocah yang tenggelam itu sempat diajak bermain sama anak kecil.”

Mendengar itu, Bapakku merinding.

Teringat sekilas pertanyaan Bapakku pada Tian di tengah jalan pulang pada malam Tian ditemukan, “Tian tadi ke mana memangnya?”

Tian tersenyum. “Sini Akung! Tian bisikin.” Bapakku mendekatkan telinganya ke Tian.

“Tian tadi nyari teman Tian.”

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!