Jumat, 1 Maret 2024
Bapak-ibuku mengikuti misa Jumat pertama. Misa dimulai jam 17.30, dan biasanya selesai sekitar jam 18.30-19.00.
Biasanya mereka hanya berdua. Tapi kali ini, keponakanku yang berusia 5 tahun, sebut saja namanya Tian, ikut Akung dan Utinya misa di gereja.
Sebenarnya ini bukan kali pertama Tian mengikuti misa hanya bertiga dengan Akung-Utinya. Tian sudah biasa mengikuti misa tiap pagi. Bahkan setiap kali Akung mengajar gamelan untuk umat gereja, Tian ikut menemani. Umat gereja sudah tidak asing dengan wajah Tian.
Sebelum berangkat gereja, tumben-tumbenan, Ibu keberatan ketika Tian merengek untuk ikut misa. “Nggak usah ikut lah, nanti bapak capek!” ujar Ibuku pada Bapak.
Tian memang sangat lengket dengan Akungnya. Dari kecil Akung sangat memanjakan Tian. Bagi Tian, ikut Akung ke manapun adalah petualangan seru. Meskipun, Tian juga terkenal penakut dengan banyak hal. Mulai dari ayam, hingga melihat air kali yang mengalir deras. Tian takut akan banyak hal.
“Yo nggak popo! Biasane gapopo!” (Ya tidak apa-apa. Biasanya juga tidak masalah.) Jawab Bapakku sinis pada Ibu.
Jadilah mereka misa bertiga. Selayaknya anak kecil, sesekali Tian beralasan untuk bisa bermain-main di luar gereja ketika misa.
“Akung, Tian buang sampah sebentar di luar ya?” bisik Tian pada Akungnya. Entah sampah apa yang sangat penting untuk dibuang sekarang di tengah-tengah misa. Akungnya hanya mengangguk dan mengizinkan.
Pergilah Tian keluar. Seharusnya sebentar.