Malam tiba. Bu Budi memutuskan untuk membicarakan perihal penebangan Kemuning di halaman depan.
“Bukannya kamu suka?” tanya pak Budi heran.
“Anu Pak. Itu..” Bu Budi kini membisikkan kata-kata si nenek misterius itu kepada Pak Budi. Pak Budi tersedak mendengarnya. Bu Budi tak ingin anak pertamanya mendengarkan percakapan mereka.
Baca juga:
“Ibu serius?” tanya pak Budi sambil melotot. Bu Budi hanya mengangguk.
“Baiklah, besok pagi bapak tebang. Nggak enak kalau malam-malam gini. Lagian penerangannya nggak bagus!” jelas pak Budi.
“Halah, bapak ya ketakutan to?” sikut Bu Budi dibalas dengan lirikan tajam dari pak Budi.
Malamnya, Bu Budi sedang akan meninabobokan bayinya. Ia menimang-nimang bayinya kemudian meletakkannya di tempat tidur bayi. Pak Budi saat itu sedang menonton siaran berita di ruang tengah. Sementara bu Budi kini asyik bermain dengan bayinya. Merasa sudah waktunya si bayi tidur, Bu Budi menyanyikan lagu ninabobo.
“Tak lelo lelo lelo ledung…
Cup menenga aja pijer nangis…
Anakku sing bagus rupane..”
belum selesai bu Budi menyanyikan lagu itu. Sebuah suara menyambung …
Yen nangis, ndak ilang baguse…