Cerpen “Kakak Perempuanku” hanyalah sebuah karangan. Apabila terjadi kesamaan nama, peristiwa, dan situasi itu hanyalah sebuah kebetulan. Selamat membaca! Tekan “Mainkan di browser/ Play in browser” jika kamu ingin menggunakan musik latar dari soundcloud di bawah!
Laa ilaaha illallah
Laa ilaaha illallah
Laa ilaaha illallah
Begitulah suara penduduk setempat melantunkan doa bagi tetanggaku yang baru saja meninggal siang tadi. Berhubung ayahku sedang ke luar kota, jadi aku menggantikannya melayat.
Saat itu hari sudah petang ketika aku sampai di rumah. Lampu-lampu belum ada yang menyala. Rumah sepertinya kosong. Sepertinya belum ada yang pulang dari tadi.
Kubuka pintu rumah. Lho? Tidak terkunci?
Lantas aku masuk ke dalam. Entah mengapa rumah tampak begitu gelap dari biasanya. Kulihat sesosok perempuan tengah duduk di kursi ruang tamu.
“Lho.. kakak sudah pulang?” tanyaku. Namun ia hanya diam. Tidak menjawab. Ia menimang bayi dan menatap ke luar rumah dengan tatapan lurus.
Mungkin sedang tidak ingin mengobrol pikirku. Lalu aku masuk ke dalam rumah dan kemudian menyalakan lampu-lampu yang biasa dinyalakan di rumah. Ruang tamu tidak termasuk karena memang hanya dinyalakan ketika ada tamu, atau memang sedang ingin dinyalakan. Berhubung aku melihat kakakku sudah ada di sana dan lampu belum dinyalakan, jadi aku menilai bahwa kakakku tidak ingin lampunya dinyalakan.
Aku masuk ke dalam kamarku. Kubiarkan pintunya terbuka lebar. Baru saja aku duduk. Tiba-tiba..
PAT!
Listrik padam. Aku berjalan ke ruang tamu. Kulihat kakakku masih tetap berdiam di sana. Kulihat meteran listrik menunjukkan bahwa listrik padam karena ada jadwal pemadaman. Rumah-rumah tetangga pun terlihat gelap gulita. Tinggal aku bertiga bersama kakakku dan anaknya.
“Huff.. padahal mau langsung mandi.” Keluhku pada kakak yang tak juga ditanggapi.
Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Tiduran di kasur sembari memainkan smartphone. Kemudian karena rasanya begitu panas, aku kembali duduk. Aku berharap udara dingin dengan bebas masuk melalui pintu kamar yang terbuka lebar.
Baru saja beberapa saat aku melihat video di YouTube, kulihat bayangan kakakku berjalan ke belakang.
Mungkin mau ambil susu.
Tak selang lama kemudian, kakakku kembali ke depan.
Aku mengabaikannya. Kubiarkan saja karena ini sudah jadi rutinitas di rumah kami.
Belum lewat beberapa menit, kakakku kembali berjalan ke belakang. Lalu kembali lagi ke depan. Begitu terus kakakku mondar-mandir dari depan ke belakang.