Aku ingat saat itu. Tiada angin ataupun hujan. Kamu meneleponku…
“Nong! Pilih angka berapa? 2-4-5-7-9-11-13??” tanyanya langsung ketika aku menempelkan ponselku tepat di sebelah telingaku. Membuatku terkejut-kejut dan tak paham maksud perkataanmu.
“Ha?! Maksudmu apa?” tanyaku berusaha mencerna apa maksudmu bertanya demikian.
“Angka! Pilih angkanya, Nong! 2-4-5-7-9-11-atau-13?” kamu mengulangnya lagi dengan terburu-buru. Seolah-olah tiada waktu lagi untuk memilihnya.
“Buat apa sih, Un?” tanyaku penasaran. Masih tak ingin menjawab angka yang kamu minta.
“Pilih aja dulu, Nong.” katamu lembut. Tak ada nada paksaan. Hanya tulus meminta.
“Hmmm.. nggak ada 6 atau 26 yah?” ingat saat aku menawar dengan kedua angka ini?
“Nggak ada, Onong! Mau berapa? 2-atau-4-5-7-9-11-atauuu-13??” jawabmu keberatan dan mulai terdengar makin tak sabar menantiku memilih.
“Hmmmmh.. dua deh Un, dua aja..!” jawabku setelah berpikir agak lama. “Buat apa sih, Un?”
“Okey! Besok aku main futsal pakei Jersey nomor 2. Nomor pilihhan Onong. Biar menang!” kamu berujar dengan bangga. “Udah ya? Aku mau lanjut latihan dulu. Daaa Onoong, love you!” katamu lekas-lekas mengakhiri percakapan. Seolah malu-malu, tapi pada akhirnya kamu mengucapkannya di akhir.
Sementara itu, antara percaya dan tidak dengan apa yang kudengar, aku hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mataku. Tak terasa aku menyunggingkan senyum. Sederhana, namun tingkahmu sungguh manis.
“Iya, semangat sayang! Love you too!” kataku pelan setelah sambungan telepon darimu terputus.
Jika ditanya mengapa aku berani melangkah bersamamu kini. Itu karena kamu mampu membuatku tersenyum dengan cara-cara sederhana. Bukan hal yang lain. Termasuk bagaimana caramu memandangku malam ini.
Baca juga: