Setelah 9 tahun bekerja keras dan hidup prihatin, akhirnya aku berhasil membeli rumah dengan hasil usahaku sendiri. Bersama dengan itu, suamiku pun juga berhasil melunasi rumahnya sendiri. Jadi, saat ini kami memiliki rumah kami masing-masing. Hanya saja, saat ini kami berdua tinggal di Denpasar karena urusan pekerjaan. Dan kedua rumah kami akhirnya hanya dikontrakkan tiap tahunnya, tanpa kami sendiri yang menikmati nyamannya rumah hasil jerih payah kami.
Setiap libur lebaran, aku dan suamiku berkesempatan untuk menengok rumah kami di Sidoarjo. Sesekali kami kebetulan bertemu dengan pengontrak dan mengbrol sebentar lalu kami meninggalkan rumah itu dan mempercayakannya kepada pengontrak. Dua tahun lalu, rumah suamiku dihuni oleh adik iparku. Setahun belakangan, adik iparku meninggalkan rumah suamiku karena akhirnya bisa memiliki rumah sendiri. Jadilah rumah suamiku kosong selama setahun ini.
Baca juga:
Kami berdua sudah berencana membersihkan rumah suamiku setelah menengok rumahku. Sampailah kami di depan gerbang rumah. Rumah bertipe 40 dengan luas tanah 100 meter persegi. Hmmm.. rumah minimalis yang ideal untuk kami sebenarnya. Rumah itu hanya memiliki satu lantai dengan pelataran yang tidak begitu luas di depannya.
Standard rumah perumahan, ada tempat parkir yang muat untuk satu mobil di sisi timur rumah suamiku. Beberapa pot berisi tanaman hias tampak mengering. Maklum, sudah setahun rumah ini kosong. Kusentuh pagar besi coklat yang memisahkan kami dan rumah suamiku. Berdebu. Dan panas. Hari ini cukup terik di sini. Kubuka gembok yang mengunci pagar itu. Kudorong pagarnya dan kami memasuki rumah muda ini.