Ternyata Selama Ini Ada Alasan Mengapa Tidak Boleh Mematikan Lampu Studio Radio

Kuamati lagi mic yang ada di atas meja. Begitu juga kursi di belakangnya. Tidak ada siapa pun. Sepertinya suara tadi hanya perasaanku. Lagipula, malam memang agak suram kali ini. Angin juga bertiup kencang di luar sana.

“Krieeeet!!” kudengar suara kursi bergeser dari ruang siar.
Aku kembali mengintip. Kali ini aku sungguh-sungguh tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Ada sesosok bayangan duduk di belakang mic. Hanya mengeluarkan desah napas yang entah kenapa kudengar begitu dekat. Senior benar! Kini aku harus memikirkan bagaimana caranya supaya aku bisa keluar sebelum hantu ruang siar itu menyadari kehadiranku. Aku mulai panik. Kuintip lagi ruang siar untuk memastikan keadaan. Tiba-tiba saja.. sebuah wajah mengerikan menatapku sangat dekat dari balik kaca.

“MAU NGGAK KAMU NEMENIN AKU SIARAAAAN???!!”

“Hwaaaa!!!! Hwaaaa!!! Hwaaaaaaaaaaaaa!!!” aku berteriak sejadi-jadinya. Tapi aneh. Lampu ruang siar dan master control kini sudah nyala. Kudengar suara tawa. Suara yang sudah tidak asing lagi. Senior. Seharusnya aku sadar.

“Kamu lihat ekspresinya tadi? Apa sudah terekam?” tanya seniorku pada temannya.

“Sudah dong! Pasti lucu banget nih kalau dishare ke temen-temen.” Jawab seniorku yang lain.

“Sialan! Nggak lucu tahu!” jawabku dongkol.

“Tapi Dral, ekspresimu itu lho.. Bagus banget! Cocok buat main film horror. Jadi korban terror hantu! Hwahahahahaa!”seniorku terbahak-bahak “Makanya lain kali nggak usah sok berani! Lagian mana ada juga lampu nggak dimatiin di sini gara-gara hantu? Ya kan cuma gara-gara nggak enak aja dilihatnya dari luar. Surem!” seniorku yang lain menimpali.

 

“Sumpah kak! Nggak lucu. Aku pulang!” jawabku marah. Aku pulang.

Ketika aku meninggalkan radio masih saja kudengar suara tawa dua seniorku yang menjengkelkan itu. Dan itu.. menjadi tawa terakhir yang aku dengar dari mereka. Esoknya, penyiar pagi menemukan handycam seniorku tergeletak begitu saja di dekat kaca. Dia pikir handycam itu tertinggal. Tapi anehnya, tidak ada satupun dari seniorku yang mengambilnya lagi di radio. Selain itu, kedua seniorku tidak pernah datang lagi ke kampus sampai seminggu. Bahkan kerabatnya kini ikut mencarinya.

“Yah! Sudah saatnya Midral pamit nih dari One Night Air. Jangan lupa besok dengerin lagu-lagu top 40 lagi di jam yang sama dan stay terus di 107.9 TOP FM! Daaaa!”

Baca Juga:

 

Akhirnya selesai juga siaranku. Kulihat di dalam rak terdapat handycam seniorku. Iseng-iseng saja kuambil dan kulihat apa yang direkam oleh mereka terakhir kali. Kalau nggak salah, mereka kayaknya nggak jadi nyebar rekamanku kan?

Kuputar rekaman dari handycam itu. Ah.. ini adegan konyolku. Setelah ini akan kuhapus. Tapi… tunggu dulu! Ini rekaman terakhir!

“Hahahahaha..ekspresimu Dral Dral..Hahahahaha!” Anto masih tertawa.

“Eh.. handycamku masih ngrekam nih. Kamu kasih kesaksian deh To!” suruh Nazrul.

“Oke guys jadi gini .. Midral kejebak ..” tiba-tiba lampu meredup.
“Udah terusin aja. Biasanya juga kan gini, listriknya down gitu.” Nazrul cuek.

“Oke..jadi Midral akhirnya ketakuta.. ‘HLAP!!’” semua lampu tiba-tiba mati.

“Zrul.. Nggak papa nih? Kok aku ngrasa aneh ya?” Anto mulai terdengar gelisah.

“Nto.. Nto.. Di belakangmu..“ Nazrul terdengar ketakutan sekarang.

“Apaan sih Zrul?! Kamu nggak usah gitu lah!” teriak Anto.

Nara Pandhu
Nara Pandhu
Suka dengan hal-hal berbau misteri. Sudah menulis cerita misteri sejak tahun 2012.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!