Di hadapanku terdapat sebuah lorong temaram dengan kabut di lantainya. Suasana dingin yang mencekam langsung menyerang hingga menusuk tulangku. Kudengar tidak jauh dari pintu lift, suara tangis seorang wanita, tawa anak kecil, suara erangan dan kertak gigi. Tentu saja tanda-tanda itu membuatku begitu gentar.
Baca juga:
Aku berusaha memencet-mencet tombol lift agar kembali menutup. Tapi tak ada satu pun yang berfungsi. Malah sebaliknya, seolah-olah pintu lift menungguku untuk segera keluar.
Baru saja aku melangkah mundur, enggan untuk keluar, sesuatu mendorongku begitu keras. AKu terjembab keluar dari lift.
“Ting!” lift berbunyi. Ketika aku berbalik, bukan lagi pintu lift yang kulihat, melainkan hanya tembok dengan ornamen hotel.
Kupantau sekelilingku, memastikan ada jalan keluar lain, tapi yang kulihat hanyalah tangga menurun di ujung lorong. Di sisi kiri kanan lorong terdapat kamar-kamar dengan pintu terbuka semua. Sumber semua suara menyeramkan yang kudengar.