“Kenapa anda tidak duduk terlebih dahulu?” ujar seseorang dengan suara yang tak asing lagi bagiku.
Kubuka mataku. Aku tengah tergantung di tengah sebuah ruangan. Aku tahu betul ini adalah ruangan kantorku di hotel. Kulihat seseorang sedang duduk menghadap jendela ruangan. Kursi ‘bos’ kesukaanku diduduki oleh seseorang yang sudah bisa kutebak.
Baca juga:
Masih dalam keadaan temaram, kursi itu perlahan berbalik, menunjukkan sosok yang sudah kuduga.
“KAU?!” ucapku marah.
“Tidak terkejut?” ucapnya sambil tersenyum kecil.
“Sudah saya sarankan …” lanjutnya. “Tapi mengapa anda tidak mau mendengarkan?”
“Kamar di lantai 3 nomor 9 adalah kamar yang strategis! Tidak terlalu tinggi. Tidak terlalu rendah. Hmm.. belum lagi.. itu angka favorit kami.” Ujarnya dengan senyum yang mengerikan. Wajahnya kini berubah menjadi seperti iblis.
“Tapi, kau bilang kamar itu tidak untuk hal-hal seperti yang kubayangkan!” sahutku tidak terima.
“Yaa.. memang benar! Tidak seperti yang kau bayangkan bukan? Kamar itu untukku.” Dan kini tubuhnya menjadi begitu besar.