“Sepertinya saya harus mencari laki-laki yang menghamili Bu Inah” jawab Donny sembari memegang perban yang membalut lengannya.
“Sudah kami lakukan.” Jawab Warso.
“Lantas?”
“Kami menemukannya tewas.” Kata Warso lalu menghisap rokoknya.
“Bagaimana bisa?” Donny kini heran.
Warso menghembuskan asap rokok, “Inah sendiri yang membunuhnya.”
Tiba-tiba seorang petugas mendatangi Warso sambil berlari. Wajahnya tegang.
“Lapor pak..! Pasien Inah tiba-tiba menghilang dari ruangannya.”
“GOBLOK! Kok bisa?! Cari lagi sampai ketemu!” teriak Warso.
Donny kini tampak benar-benar khawatir. Wanita yang baru saja berusaha membunuhnya kini berkeliaran bebas entah bagaimana.
Baca juga:
“Mas Donny.. tampaknya Anda harus pergi sekarang. Inah tidak akan segan membunuh orang yang sudah diincarnya sejak awal. Itu sebabnya saya memperingatkan Anda tadi.” Jelas Warso lalu menghisap rokoknya lebih cepat.
“Biar saya antar ke depan.”
Donny sungguh-sungguh tidak menyangka penelitiannya akan berujung seperti ini. Apakah dia sudah tertipu oleh keberaniannya, atau memang dia saja yang bodoh hendak menggali data dari psikopat yang juga pembunuh berdarah dingin. Sambil berjalan menelusuri lorong, ia menyesali perbuatannya setengah mati. Ia berjanji dalam hatinya untuk tidak kembali ke sini. Seumur hidup.
“Bayi itu.. Apakah..?” tanya Donny kepada Warso
“Iya.. Inah sendiri yang membunuhnya..” jawab Warso.