“Bapak?” tanya adikku yang terbangun karena kegaduhan.
“Kamu keluar sekarang!” perintah bapakku.
“Mas kenapa lagi pak?!” tanya adikku yang panik karena Bapak mengunci gerakanku.
“Keluar!” dengan segera adikku keluar dari kamar.
“Pak, nanti Bobi bunuh kita berdua pak!” teriakku.
Bapak hanya diam, lalu menangis. Aku berusaha memberontak, tapi tenaga bapak jauh lebih kuat dari pada aku. Bapak kemudian menggeretku ke kamar mandi, sebuah tempat yang dipastikan tak ada alat untuk melakukan pembunuhan. Ia mengunciku di sana untuk beberapa saat. Lalu membukanya kembali.
“Ayo ikut bapak sekarang!” Aku menurut. Kemudian kulihat adikku sedang meringkuk di sofa ruang tengah. Masih kebingungan, juga terlihat takut. Kutatapnya dengan pandangan penuh kebencian.
“Dasar pembunuh!” ucapku ketika berjalan tepat di depan wajahnya.
Kulihat di depan sudah ada beberapa orang menunggu. Bapak hanya mengangguk ketika aku sudah berada di depan. Orang-orang itu kemudian menggiringku masuk ke dalam mobil.
Seseorang mendekati bapak, kemudian bertanya, “Kali ini sudah berapa kali?”
“Ini sudah kesepuluh kalinya ia mencoba membunuh adiknya.” Ucap Bapakku. “Padahal adiknya selalu di-bully karena Mas-nya aneh.” Lanjut bapakku dengan nada lemas.
“Semoga skizofrenia-nya tidak semakin parah.” Ucap orang lain itu.
Aku masuk ke mobil dengan kacau.
Siapa yang sakit di sini?
Kamu suka menulis? Pingin tulisanmu dibaca banyak orang dan mendapat banyak masukan dari kami agar makin berkualitas? Kamu bisa daftar jadi anggota BacaSajalah dengan klik link ini! Jangan lupa cek inbox/ spam box kamu dalam waktu 5 menit setelah kamu melakukan pendaftaran!
Baca juga: