Aku masih tak gentar, “Semua rasa dapat kamu cipta. Kamu hendak larut dalam kesedihan atau bahagia, itu terserah kamu. Yang aku inginkan adalah, bebas menentukan pilihanku sendiri. Mumpung belum terlalu jauh- …”
“Sudah. Tidak perlu kamu lanjutkan.” ucap gadis itu. Tersenyum, menahan kepedihan. Ia tertunduk lesu. Tak berani menatapku.
“Baiklah.” aku berdiri. Beranjak pergi meninggalkannya.
Aku semakin dekat dengan pintu keluar. Tak ada satupun dari kami yang saling menoleh ke belakang untuk memastikan punggung kami tak lagi terlihat satu sama lain.
Aku tak pernah menganggap bahwa tindakanku ini salah. Tapi cinta yang dipaksakan bukanlah cinta. Yang kulakukan adalah menuruti kata hatiku.
Nora. Bersamanya aku merasa jauh lebih hidup. Aku berharap, mantan kekasihku mampu menemukan lelaki yang mau mengejarnya.
Sama seperti aku mau mengejar Nora untuk membuktikan cintaku.
Baca juga: