Maka di sinilah aku. Duduk berdua di sore sendu dalam cafe yang terhujani oleh kelabu.
Tak hanya suasana hari ini yang begitu kelabu. Gadis di hadapanku mengalami saat-saat kelabunya sore ini. Sudah lima tahun kami menjalin hubungan. Tapi aku tak pernah yakin bahwa aku akan bahagia bersamanya.
Orang mengatakan, jika kamu dalam hubungan, lalu mencintai orang lain. Maka lepaskanlah orang pertama, karena cinta tak akan mendua. Kali ini aku pun duduk di hadapannya, merasa bahwa geloraku jauh lebih besar pada Nora. Aku menjalin hubungan dengannya selama beberapa tahun bukan karena cinta, namun karena sudah terbiasa saja. Sempat terpikir untuk beralih, namun takut akan kehilangan kenyamanan. Sementara aku tergerus akan keinginan untuk bahagia, yang tak disangka justru hadir jauh lebih besar dari orang lain, di saat yang tak kuduga.
Gadis ini. Seandainya aku bertemu dengannya di saat yang berbeda, akankah menjadi serumit ini?
Seandainya aku bertemu dengan Nora lebih awal, apakah akan jauh lebih baik kisahnya?
Tidak. Justru karena gadis ini, akhirnya aku mampu bertemu dan berpindah pada Nora.
Seandainya aku bertemu dengan Nora lebih awal, tentu aku tak akan bisa menemui pengalaman menyenangkan dengannya saat ini.
Aku menurunkan tanganku. Meletakkannya tepat di depan genggaman tangan gadis itu: kekasihku saat ini.
“Aku memilih jalanku untuk bahagia. Maka, kamu juga harus menemukan jalanmu untuk bahagia.” ucapku tenang.
Tak ada air mata. Melainkan tatapan terkejut darinya. Dirinya tak menyangka, bahwa jalinan hubungan selama ini akan diputuskan olehku begitu saja.