Nilai yang keempat adalah: “alon-alon waton kelakon” atau “biar lambat asal selamat”. Nilai budaya Jawa ini menyiratkan suatu tuntutan mengerjakan segala sesuatu secara hati-hati dan mempertimbangkan masak-masak sebelum bertindak atau mengambil keputusan, sehingga akan diperoleh hasil (pekerjaan, tindakan atau keputusan) yang sebaik mungkin.
Dengan demikian ada kemiripannya dengan the Deming Management Method, yang antara lain menyatakan bahwa kualitas produk ditentukan oleh kecermatan proses pengerjaannya. Hanya saja, penerapannya dalam manajemen perusahaan perlu dilakukan dalam kerangka waktu (time frame), mengingat dewasa ini persaingan yang terjadi di antara nya berbasis waktu (time-based competition).
Hal tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya proses pengerjaan yang kelewat cermat, sehingga menjadi kompleks, karena mempertimbangkan terlalu banyak faktor. Setidaknya, terdapat dua teknik manajemen produksi yang dapat diterapkan bersamaan dengan penera pan konsep alon-alon waton kelakon” ini, yaitu just-in-time (JIT) dan concurrentengineering (CE).
Salah satu perusahaan yang tampaknya menganut paham “alon-alon waton kelakon”adalah PT Tang Mas (TM), produsen Teh Dua Tang dari Slawi, Jawa Tengah. TM mulai berproduksi pada 1942, kini menduduki peringkat ke dua setelah Teh Botol Sosro dalam pasar teh kemasan botol. Jika dilihat rentang waktunya,TM membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai keadaan sekarang, karena boleh dibilang pengembangan usahanya dengan sangat hati-hati, dan tidak ingin mengecewakan para pelanggannya.
Baru setelah ada regenerasi kepemimpinan pada 1970-an, TM kemudian melakukan diversifikasi usaha dan beberapa terobosan. itu pun tidak secara frontal (flanking attack) sambil memperkuat posisi di segmen pasar pinggiran kota 4an kelas menengah-bawah. Jadi, masih terasa kehati-hatiannya.
Mungkin akan berbeda kisahnya, apabila prinsip kehati-hatian tadi diletakkan dalam kerangka waktu. Paling tidak, mereka dapat mencapai kondisi seperti saat ini dalam waktu relatiflebih singkat.
Walhasil, terdapat sejumlah nilai budaya Jawa yang berguna untuk meningkatkan efektivitas manajemen. Namun, mengingat ada di antara nilai-nilai tersebut yang mengandung makna yang dapat berdampak negatif pada efektivitas manajemen, maka penerapannya. perlu dikombinasikan dengan teknik-teknik manajemen modern.
Baca awalnya di: