Tiba-tiba kudengar lagi suara gelotakan dari dapur. Aku sekarang takut setengah mati. Kali ini suara itu benar-benar terasa nyata. Terlihat bayangan dari arah dapur melangkah ke arahku. Aku semakin merinding. Sosok itu melangkah mendekatiku.
“Yuk pulang.” Kata suamiku.
“Astaga! Ternyata kamu mas..” jawabku setengah menahan napas.
“Ha? Kenapa emangnya? Ayo pulang!” Ajak suamiku. Pulang yang dimaksud adalah kembali ke rumah mertuaku. Selama berlibur kami tinggal di rumah mertuaku.
Aku berdiam. Lalu dengan sedikit marah aku berkata, “Nggak! Kita harus diam di sini dulu sebentar!”
“Lho kenapa?” suamiku heran.
“YANG PUNYA RUMAH HARUS BERDOA DI SINI DULU..” jawabku dengan memaksa.