Tanggal 10 Juni lalu ditetapkan sebagai hari media sosial sedunia. Hal ini menandakan bahwa media sosial menjadi bagian kehidupan yang tidak lagi dapat dipisahkan dari manusia. Hari media sosial hadir dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk semakin cerdas dalam memanfaatkan media sosial, terutama dalam etika penyebaran informasi. Tentu saja, penggunaan media sosial tidak dapat dipisahkan dari gawai yang berupa ponsel pintar. Maka dari itu, perlulah kita menyadari pentingnya sadar literasi bagi digital natives.
Penggunaan gawai mempermudah pekerjaan masyarakat. Sejak adanya konvergensi teknologi, segala sesuatu kini dapat dilakukan hanya melalui satu genggaman, satu sentuhan, di mana saja, dan kapan saja. Secara psikologis, situasi ini membuat nyaman para penggunanya sehingga saat ini tidak mudah memisahkan antara gawai dengan penggunanya, terutama kaum muda.
Baca juga:
Menurut Marc Prensky, masyarakat zaman sekarang terbagi menjadi dua golongan, yaitu digital natives dan digital immigrants. Digital natives adalah mereka yang sejak lahir ‘terpapar’ teknologi digital, sementara digital immigrants adalah mereka yang hidup sebelum merasakan teknologi digital kemudian mengalami perubahan ke era digital. Keduanya memiliki karakter yang berbeda, di mana digital natives lekat dengan gawainya untuk menunjang kehidupan, sementara digital immigrants dapat menjalani kehidupannya sehari-hari tanpa harus bergantung pada gawai. Kaum muda masa kini tergolong pada digital natives.