Pintu yang tertutup. Smartphone yang dimatikan. Dan satu buku dengan beberapa bab yang akan kuselami setiap akhir hari. Keadaan setiap malam menjadi sangat sunyi, hingga suara sekecil apapun akan terdengar. Dan seperti biasa… tiga puluh menit sesudah aku memulai membaca buku, terdengar suara berisik dari ruang tengah. Dimulai dari suara piring yang diletakkan, sendok yang berkelotakan bertemu dengan permukaan piring, suara televisi dinyalakan, dan suara kecapan mulut yang tengah mengunyah. Bukan, itu bukan suara mahluk astral. Itu hanyalah suara adikku yang kerap masih terjaga di tengah malam dan kemudian kelaparan karena banyak tugas kuliah yang harus ia kerjakan. Seperti robot, kami selalu melakukan rutinitas itu tiap hari.
Hanya saja, malam ini ada yang aneh. Tidak ada suara TV kudengar. Lampu pun tidak dinyalakan. Yang kudengar hanyalah suara kelotakan dari bolpoin dan peralatan kantor lain yang terletak di meja depan televisi. Hmmm.. mungkin adikku sedang memotong-motong karya tulisnya atau entah apapun yang ia lakukan dengan alat-alat tulis kantor itu. Tapi jika kudengar-dengar, rasanya suara itu terlalu berisik untuk seorang mahasiswa yang tengah mengerjakan karya tulis, bahkan selama lebih dari 30 menit.
Kebetulan saat itu aku merasa harus minum lagi dan buang air kecil. Jadi kuputuskan untuk keluar kamar dengan segera walalupun bab yang kubaca kali ini belumlah selesai. Nanggung. Tapi mau bagaimana lagi. Hasrat kebelet vivisku tak mampu menahan diriku, sehingga aku harus beranjak dari kasur dan membuka pintu.
Baca juga: