Obat Tetes Mata
Peristiwa ini terjadi ketika suamiku masuk Rumah Sakit karena usus buntu. Aku yang bekerja dengan cara kerja shift tidak bisa menjaga suamiku selama 24 jam. Aku pun datang di pagi hari sebelum bekerja untuk melihat keadaan suamiku. Sesampainya di Rumah Sakit, aku terkejut karena melihat suamiku marah- marah di ruang perawat. Aku pun langsung berusaha menenangkannya dan bertanya apa yang terjadi.
Dia mengatakan bahwa pada pagi tadi suamiku dibangunkan oleh seorang perawat secara kasar yang akan melakukan morning care dan memberikan obat tetes mata untuk suamiku.
Bantal suamiku ditarik dengan kasar sehingga ia terkejut dan tentu saja suamiku menolak untuk diberikan obat karena tidak ada masalah dengan matanya. Tetapi perawat itu terus memaksa untuk memberikan obat tetes mata itu pada suamiku sambil berusaha menahan tangannya.
Karena rasa sakit luka operasinya, suamiku kalah kekuatan dengan perawat itu dan obat tetes mata itu pun sudah terlanjur memasuki kedua mata suamiku. Kedua mata suamiku pun spontan menjadi merah dan ia kesakitan. Namun karena luka operasinya terasa sangat nyeri, dia berusaha untuk istirahat sejenak agar rasa nyeri itu hilang.
Beberapa jam kemudian, karena tidak terima dengan perlakuan perawat tersebut dan rasa sakit pada matanya yang makin menjadi, dia pun berusaha menahan rasa sakit post operasi di perutnya tersebut dan pergi ke ruang perawat untuk komplain. Sontak perawat yang di sana pun terkejut dan bingung karena suamiku tiba- tiba keluar kamar dan marah- marah.
Seorang perawat yang nampaknya penanggung jawab shift saat itu pun berusaha meredam emosi suamiku. Setelah suamiku agak tenang, ia pun menjelaskan apa yang telah terjadi kepada perawat tersebut. Perawat itu pun nampak terheran-heran karena seingat dia pada saat jam kejadian, semua perawat sedang berada di ruang perawat untuk mempersiapkan morning care dan pemberian obat pagi.