“Mbahkung?” pacarku mengulang kembali teriakannya sambil mengetuk-ngetuk pintu.
Tak lama lampu menyala. Sebuah suara terdengar dari dalam. Langkah kaki yang diseret. Perlahan tapi pasti, langkah itu makin mendekat ke balik pintu.
Hening.
“PRESIDEN HARUS BERTANGGUNG JAWAB!!!”
Kami semua terperanjat karena terkejut setengah mati. Suara itu diteriakkan dengan amat sangat lantang dari rumah yang berada di tanah undakan di sebelah utara rumah Mbah. Kami panik, terutama pacarku.
“Mbahkung?! Mbah?!” teriak pacarku ketakutan. Sementara itu terdengar suara berisik dari semak-semak asal suara teriakan pria tersebut. Seolah-olah ia berlari ke arah kami.
Tak berselang lama terdengar suara kunci pintu yang dibuka.
CKLICK! CKLICK!
PIntu terbuka. Cahaya tersembur keluar dari balik pintu itu. Tetapi pacarku tak sabar. Ketika dilihatnya wajah Mbahkung dari balik pintu dan dirasanya aman untuk berlari ke dalam, dengan sekuat tenaga ia mendorong pintu dan masuk ke dalam. Sementara aku juga menyusul dengan sekuat tenaga masuk ke dalam.
“Mbahkuuuunggg…!!!” teriak pacarku sambil memeluk Mbahnya yang tampak kebingungan. “Aku takuuuttttt….!! Huhuhuhu!!”
Aku juga ingin mengatakan hal yang serupa. Tapi tentu saja akan tampak sangat memalukan. Aku melangkah sedikit dan maju ke hadapan Mbahkung.
“Selamat malam, Mbah! Saya Indra, temennya Mila.” jelasku memperkenalkan diri sambil mencium tangan Mbahkung. Tangannya begitu kasar dan permukaan kulitnya hitam legam. Jari-jarinya penuh dengan kapalan. Mungkin karena Mbahkung dan Mbahputri selalu bekerja keras sebagai petani.
“Nggih! Nggih! Monggo mas pinarak! (Oke! Oce! Silahkan duduk, Mas!)” ucap Mbahkung mempersilahkan duduk. Senyumnya begitu hangat.
“Si Mbok mana Mbah?” tanya pacarku bingung. Ia memang biasa memanggil Mbahputri dengan ‘Si Mbok’.
“Kae! (There she is!)” jawab Mbahkung sambil menunjuk ke arah kamar. Tampak samar sosok Mbah putri yang terbaring lemas.
Pacarku berlari ke arah kamar sambil menyiapkan barang-barang yang ia bawa di kantong plastik dari kota. Tadi ia sudah mempersiapkan jus buah, obat, dan bubur manis kesukaan Si Mbok yang ia buat sendiri.
Sementara itu, aku duduk di sebuah dipan kayu yang ada di tengah ruangan utama. Mbah kung tiba-tiba datang dari belakang dengan segelas teh panas.