Uyak lari ke kamarnya masih sambil terkikih. Aku tak habis pikir, darimana ia mendapatkan ide iseng itu.
Baca juga:
Uyak kemudian di kamarnya mulai melancarkan aksinya. Satu per satu teman ceweknya ia telpon. Ia berganti-ganti foto profil, mulai dari Leak, Pocong, Genderuwo, Kuyang, hingga yang terakhir Kuntilanak. Di saat Uyak terkikih-kikih geli karena ia berhasil mengerjai banyak teman ceweknya, ia merasa ada yang janggal. Sedari tadi ia membiarkan pintunya terbuka. Ia mulai merasa ketakutan sendiri dengan foto-foto yang ia unduh. Baru saja ia mau keluar menuju ke arah ruang tengah, ia melihat seseorang dengan daster putih melintas begitu cepat di depan pintunya. Uyak merinding, tapi masih berpikir positif dan mengira itu cicinya.
“Ci..! Ciciii..!” Uya berteriak dan memeriksa ke arah perginya ‘orang’ itu, memastikan kalau itu adalah aku. Namun aku tak mendengar apapun. Aku terlalu serius mengikuti breaking news malam ini.
“Ci…! Cicii…!” Uya merasa ada yang aneh. Lalu kemudian bergegas berlari ke ruang tengah.
“Cici!!!” Uyak langsung berlari dan melompat duduk ke sebelahku. Aku kaget karena ia tiba-tiba saja sudah ada di sebelahku.
“Cici tadi habis lewat depan kamarku?” tanyanya ketakutan.
“Nggak lah! Aku dari tadi di sini kok!” jawabku.
Uyak lalu melihat aku. Lalu melihatku dari atas ke bawah dan kemudian menatapku tak percaya.
“Ci..! Masa tadi aku ngelihat ada perempuan pakai daster putih lewat depan kamar?” kini aku tahu alasannya mengapa Uyak memeriksaku dari atas ke bawah. Karena aku mengenakan kaos dan celana pendek, bukannya daster putih.