Saat paling menyebalkan adalah ketika kamu harus mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya bukan pekerjaanmu.
Kelompok pemuda di lingkunganku mulai hari ini camping di Kaliurang. Dan aku, kebagian tugas sebagai sie pub-dok. Tugasnya? Tentu saja menyebarkan publikasi kegiatan kami dan mendokumentasikan kegiatan kami ini dari awal hingga akhir.
Tapi apa yang akan kukerjakan malam ini sungguh berbeda dengan job-des-ku. Aku harus mempersiapkan api unggun di tanah lapang di bawah bukit perkemahan. Ya memang tidak jauh, hanya sekitar 200 meter dari perkemahan. Hanya saja karena dingin dan jalan yang melewati kebun kosong, aku rasa di malam hari cukup sulit untuk melihat jalannya. Dan pasti, akan ada banyak nyamuk nantinya.
Awalnya aku ingin menolak, tetapi karena ketua panitia berkata, “Kamu tahu sendiri, jumlah panitia kita kurang-kurang. Sekarang kalau acara di perkemahan ini tidak ada yang mengisi mau gimana nantinya?” Bujukannya mau tidak mau membuatku memaklumkan keadaan ini. Beruntung, aku ke bawah tidak sendirian. Seniorku, Doni, juga diminta untuk mempersiapkan api unggun bersamaku. Yaaa.. paling tidak ada teman mengobrol lah sesampainya di bawah nanti.
Aku menunggu Mas Doni sedikit jauh dari area perkemahan. Sambil merasakan dinginnya malam Kaliurang, aku menatap jauh ke tanah lapang di bawah. Aku berpikir, kayu-kayu tadi apakah sudah cukup kering untuk dibakar nanti atau justru terlalu basah karena lembabnya udara. Bisa saja, acara api unggun malah gagal.
“Yuk Bon!” tiba-tiba suara Mas Doni dari belakang memecah lamunanku.