6 Pertanyaan yang Sebaiknya Tidak Kamu Ajukan di Akhir Wawancara Kerja

Wawancara kerja bisa jadi momen yang menegangkan sekaligus menentukan nasib kamu di dunia profesional. Di tahap ini, bukan cuma jawaban kamu yang dinilai, tapi juga pertanyaan yang kamu ajukan. Biasanya, di akhir sesi wawancara, kamu bakal dapet pertanyaan klasik: “Ada yang ingin kamu tanyakan?”

Buat beberapa orang, ini adalah peluang emas buat menunjukkan rasa ingin tahu dan ketertarikan lebih dalam tentang perusahaan. Tapi hati-hati, nggak semua pertanyaan cocok ditanyakan. Alih-alih membuat kamu terlihat profesional, ada beberapa pertanyaan yang justru bisa merusak kesan baik yang sudah kamu bangun sejak awal.

Nah, biar kamu nggak salah langkah, berikut adalah 6 pertanyaan yang sebaiknya kamu hindari di akhir wawancara kerja dan alasan kenapa pertanyaan tersebut bisa jadi bumerang buat kamu.

1. “Kapan Saya Bisa Mulai Cuti?”

Oke, siapa sih yang nggak tertarik sama jatah cuti? Apalagi kalau kamu memang tipe orang yang suka traveling atau butuh waktu buat istirahat. Tapi, nanya soal cuti di tahap wawancara pertama bisa jadi sinyal negatif buat pewawancara.

Kenapa Pertanyaan Ini Bermasalah?

  • Kesan pertama yang muncul adalah kamu lebih tertarik sama keuntungan pribadi dibandingkan kontribusi ke perusahaan.
  • Pewawancara bisa merasa kamu belum siap kerja keras dan malah fokus ke liburan.
  • Ini bisa nunjukin kalau kamu kurang serius buat berkomitmen di awal pekerjaan.

Apa yang Sebaiknya Kamu Lakukan?

  • Tunggu sampai kamu diterima dan mulai kerja. Biasanya, kebijakan cuti akan dijelaskan di awal masa orientasi atau saat kontrak kerja ditandatangani.
  • Kalau memang penasaran, kamu bisa tanyakan setelah beberapa minggu bekerja dengan cara yang lebih santai dan profesional.

Alternatif Pertanyaan:

“Seperti apa budaya kerja di sini dalam hal work-life balance?”
Pertanyaan ini lebih elegan dan tetap menunjukkan bahwa kamu peduli dengan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi tanpa terkesan ‘nggak sabaran’.

2. “Apakah Saya Lulus Wawancara Ini?”

Rasa penasaran soal hasil wawancara memang wajar, apalagi kalau kamu merasa sudah memberikan yang terbaik. Tapi, menanyakan hal ini secara langsung bisa bikin kamu terlihat kurang sabar dan bahkan putus asa.

Kenapa Pertanyaan Ini Kurang Tepat?

  • Perekrut butuh waktu untuk mendiskusikan hasil wawancara dengan tim lain, jadi jangan buru-buru minta jawaban.
  • Ini bikin kamu terlihat kurang percaya diri.
  • Bisa jadi, pewawancara merasa tertekan dan malah jadi nggak nyaman.

Apa yang Sebaiknya Kamu Lakukan?

  • Tanyakan timeline proses seleksi, bukan hasilnya. Dengan begitu, kamu bisa tahu kapan harus follow up tanpa terlihat terlalu mendesak.
  • Tunggu dan bersabarlah. Kalau dalam waktu tertentu belum ada kabar, kamu bisa kirim email follow up yang sopan.

Alternatif Pertanyaan:

“Kapan kira-kira saya bisa mendapat update terkait hasil wawancara ini?”
Ini terdengar lebih sopan dan profesional tanpa menimbulkan kesan negatif.

3. “Apa Tugas Saya Nanti?”

Pertanyaan ini mungkin terlihat biasa, tapi di mata pewawancara, ini bisa jadi sinyal kalau kamu nggak benar-benar memahami deskripsi pekerjaan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Kenapa Ini Jadi Masalah?

  • Sebagian besar tugas dan tanggung jawab sudah tertulis di deskripsi pekerjaan (job description).
  • Nanya soal ini bisa bikin kamu kelihatan kurang persiapan atau nggak teliti.
  • Ada kemungkinan pewawancara berpikir kamu nggak menyimak saat mereka menjelaskan tugas pekerjaan selama wawancara berlangsung.

Apa yang Sebaiknya Kamu Lakukan?

  • Pastikan kamu membaca job description dengan teliti sebelum wawancara.
  • Jika memang ada hal yang belum jelas, tanyakan hal spesifik terkait peran atau tanggung jawab tertentu, bukan keseluruhan tugas.

Alternatif Pertanyaan:

“Apa tantangan terbesar yang biasanya dihadapi di posisi ini?”
Ini menunjukkan bahwa kamu tertarik dan siap menghadapi tantangan, bukan sekadar mencari tahu soal tugas rutin.

4. “Berapa Gaji yang Akan Saya Terima?”

Gaji memang salah satu faktor penting dalam memilih pekerjaan, tapi nanya soal ini terlalu cepat bisa jadi bumerang. Pewawancara bisa merasa kamu lebih tertarik sama uang dibandingkan kontribusi yang bisa kamu berikan.

Kenapa Pertanyaan Ini Berisiko?

  • Gaji biasanya dibahas di tahap akhir, setelah kamu dipastikan lolos.
  • Nanya soal gaji di awal bikin kamu terkesan materialistis.
  • Beberapa perusahaan punya kebijakan negosiasi gaji yang berbeda, jadi lebih baik tunggu sampai mereka mengangkat topik ini.

Apa yang Sebaiknya Kamu Lakukan?

  • Fokus dulu pada bagaimana kamu bisa memberi nilai tambah untuk perusahaan.
  • Jangan khawatir, kalau mereka tertarik sama kamu, mereka pasti bakal buka diskusi soal gaji.

Alternatif Pertanyaan:

“Apakah perusahaan ini memiliki standar rentang gaji untuk posisi ini?”
Dengan cara ini, kamu tetap bisa tahu gambaran gaji tanpa terlihat agresif.

5. “Apakah Saya Harus Lembur Sering-Sering?”

Pertanyaan ini bisa memberi kesan kalau kamu kurang antusias atau nggak siap dengan beban kerja yang ada.

Kenapa Pertanyaan Ini Nggak Tepat?

  • Bikin kamu terlihat kurang siap menghadapi tantangan.
  • Seolah-olah kamu mencari posisi yang ‘santai’ tanpa banyak tanggung jawab.
  • Bisa memberi kesan bahwa kamu nggak fleksibel.

Apa yang Sebaiknya Kamu Lakukan?

  • Tunggu sampai kamu diterima untuk membicarakan jam kerja lebih rinci.

Alternatif Pertanyaan:

“Bagaimana perusahaan ini memastikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi?”
Ini terdengar lebih positif dan tidak terkesan menghindari kerja keras.

6. “Apakah Boleh Bekerja dari Rumah Saja?”

Dengan semakin populernya sistem kerja hybrid dan remote, wajar kalau kamu penasaran soal ini. Tapi, pertanyaan ini sebaiknya jangan kamu ajukan di awal wawancara.

Kenapa Ini Jadi Pertanyaan yang Kurang Tepat?

  • Bisa memberi kesan kamu nggak siap buat kerja di kantor.
  • Beberapa posisi memang membutuhkan kehadiran fisik di tempat kerja.
  • Kamu bisa terkesan malas beradaptasi dengan budaya perusahaan.

Apa yang Sebaiknya Kamu Lakukan?

  • Tunggu sampai ada pembicaraan lebih lanjut soal fleksibilitas kerja.

Alternatif Pertanyaan:

“Bagaimana kebijakan perusahaan terkait fleksibilitas lokasi kerja?”
Ini terdengar lebih profesional dan netral.

Kesimpulan

Menutup wawancara kerja dengan pertanyaan yang tepat bisa meningkatkan peluang kamu diterima. Fokuslah pada pertanyaan yang menunjukkan antusiasme, rasa ingin tahu, dan kesiapan kamu untuk berkontribusi. Hindari pertanyaan yang terkesan mementingkan diri sendiri, terburu-buru, atau nggak profesional. Ingat, wawancara kerja bukan cuma soal menjawab, tapi juga soal bertanya yang cerdas.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!