“Abim tidur di kamar biasanya kok tadi..” kata kakakku bergegas lari ke kamarnya.
Kakakku melengok ke dalam. “Abim nggak ada!” kata kakakku panik.
Aku langsung membuka pintu kamar di sebelahku. Cepat-cepat kunyalakan lampu. Aku terlalu takut untuk melihat sosok wanita itu. Cahaya langsung memenuhi kamar itu. Kulihat Abim masih tertidur pulas.
“Abim tadi nggak tidur di sini..” kata kakakku setengah berbisik lalu lekas mendekati Abim. Ia mengelus-elus kening Abim, lalu pelan-pelan membangunkannya, “Bim.. Abim bangun ya nak?”
Abim bergumam. Setelah itu perlahan-lahan ia membuka matanya. “Hmm.. kenapa Ma?”
Aku masih berdiri di samping pintu melihat Abim terbangun. Kakakku memeluk Abim. Abim masih setengah sadar dan keheranan dengan situasi ini.
“Hmm ma?” tanya Abim tiba-tiba.
“Kenapa nak?” tanya kakakku.
“Bibi Dian bawa teman ke sini?” tanya Abim. Seketika aku dan kakakku saling berpandangan.
“Kamu kan tahu kemarin Bibi Dian ke sini sendiri..” kata kakakku heran.
“Terus.. yang di sebelah Bibi itu siapa dong?” tanya Abim.
Seketika aku merinding. Sementara Abim tiba-tiba tersenyum dan melambaikan tangan pada sosok yang tak terlihat di sebelahku.
“Katanya temennya Bibi Dian..” Abim melanjutkan.