“Assalamualaikum..!” terdengar suara perempuan dari luar yang tak lain adalah kakakku. Ia melepaskan sandalnya. Kemudian masuk sambil menenteng sayuran dan kolak 4 bungkus di tangannya.
Aku ternganga.
“Dih,, gak dijawab salam kakak.. Nanti dosa lho!” kata kakakku menyindir.
“Kakak habis dari mana?” tanyaku memastikan.
“Dari warung sayur Bu Marni itu lho! Yang di gang sebelah. Kamu nggak lihat kakak ya tadi? Padahal aku lihat kamu jalan lho.. Mau aku panggil tapi kamu jalannya cepet. Ya udah nggak jadi deh..” jelas kakakku.
Aku hanya terdiam. Kakakku meletakkan kolak di meja makan. Setelah itu beranjak ke dapur.
“Kakak bukannya tadi tidur sama Abim ya?” teriakku.
“Ha? Apa?” balas kakakku dari dapur.
“Kakak tadi bukannya ngelonin si Abim?” tanyaku sambil berjalan ke dapur.
“Lha.. kakak itu lho baru datang. Ya kalau ke warung sebelah Abim tidur ya kalau aku tinggal sebentar aja kan nggak apa-apa.” jelas kakakku.
“Mmm.. kak.. Terus tadi yang ngelonin Abim siapa ya? Di kamar yang ini.” jelasku sambil menunjuk kamar itu.
Kakakku berwajah pucat seketika.