Baru saja aku terheran-heran mengamati muntahan (darah)ku dan kemudian berusaha mengabaikannya, ketika aku menatap ke depan sudah ada seorang gadis yang melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Ia berdiri tepat di depan tangga, jalan keluarku satu-satunya.
Ingin aku mengumpat! Tapi ketakutanku jauh lebih besar daripada semua kemarahanku.
Aku terpaku menatapnya. Aku tak sanggup bergerak. Sementara tangannya masih terus melambai-lambai kepadaku. Adegan selanjutnya adalah adegan yang paling tidak kusukai. Gadis itu tersenyum.
Dan benar saja.
Kini wajahnya tepat berada di depan wajahku.
Aku melompat mundur. Tapi siapa yang menyangka bahwa aku ditangkap oleh kakek-kakek ‘bangkai’ yang kini tangannya dengan bahagia menarik-narik tubuhku. Tunggu! Ini bukan hanya tangan kakek itu! Ada lebih banyak lagi tangan yang menguasai tubuhku.
Kemudian semuanya gelap.