Aku berjalan dengan enggan menuju satu-satunya jalan keluar. Tampaknya lorong ini tadi begitu sempit. Tapi ketika aku melangkah rasanya lorong ini bertambah begitu lebar dan panjang. Belum lagi suasanya makin mencekam di sisi kiri dan kanan lorong ini.
Aku melangkah mendekati kamar pertama di sisi-sisi lorong. Aku tak berani melihat. Kudengar suara yang begitu jelas. Sebuah suara yang mengerikan. Isak tangis seorang wanita, dan suara mesin pemintal. Setiap kali pemintal terdengar sedang digerakkan, wanita itu akan terisak. Ketika pemintal terhenti, wanita itu akan berteriak hingga gendang telingaku mau pecah. Rasanya seperti ia berteriak tepat di sebelah telingaku.