Ketika kita mengikatkan diri pada perjanjian perkawinan, itu artinya kedua belah pihak sepakat untuk saling setia walau apapun akan terjadi dalam kehidupan mereka berdua. Saling berjanji untuk tetap berada di sisinya walau dalam keadaan susah maupun senang, sakit maupun sehat, miskin maupun kaya sampai maut memisahkan. Hanya akan ada satu sahabat yang berasal dari gender lain seumur hidup, yaitu pasanganmu. Lalu bagaimana jika masih ingin berteman dengan lawan jenis ketika sudah menikah? Tentu ada etikanya.
Tidak berduaan, baik secara fisik maupun dunia maya
Ketika kamu menikah, maka sejatinya teman kencanmu hanyalah pasanganmu. Kemanapun kamu bepergian dengan temanmu yang lawan jenis, hendaknya bepergian bersama kenalanmu yang lain. Jauh lebih baik apabila kamu mengajak pasanganmu. Bepergian secara khusus berduaan tentu akan menyakiti perasaan pasanganmu apalagi jika itu dilakukan secara intens. Pasanganmu seharusnya menjadi teman terbaikmu, tapi kamu malah melakukan yang sebaliknya, mengesampingkan pasanganmu dan kemudian lebih memilih pergi berdua dengan ‘teman baikmu’ itu. Begitu pula dengan media sosial, ataupun media chating seperti LINE ataupun whats app. Tidak boleh ada yang disembunyikan dari pasanganmu. Kalau kamu melarangnya melihat gadgetmu karena alasan privasi, maka itu adalah sebuah pernyataan yang menyakitkan dan kesalahan fatal dalam hubungan rumah tangga. Itu artinya kamu tidak menghargai pasanganmu dan merahasiakan sesuatu darinya. Padahal, ketika menjadi pasangan resmi, tidak boleh ada lagi rahasia antara kamu dan pasanganmu. Berteman dengan lawan jenis tetap boleh, tetapi tetap ada hati yang harus kamu jaga ketika sudah menikah.
Tidak curhat dan terlibat secara emosional
Pasangan adalah sandaran hidup. Maka segala curhatan hendaknya disampaikan kepada pasangan. Berdiskusi dengan teman mengenai masalah pekerjaan atau topik lain yang menarik bukanlah hal yang salah. Tapi ketika itu sudah menjadi curhat yang melibatkan emosi dan mengisahkan tentang masalah rumah tangga, itu menjadi sangat salah. Permasalahan rumah tangga justru tidak akan selesai jika diceritakan kepada teman lawan jenis. Itu justru makin memperumitnya. Hendaknya permasalahan rumah tangga dikomunikasikan baik-baik dengan pasangan. Jika tidak mencapai titik temu solusi, kamu harus membawanya pada konselor, bukan curhat kepada teman lawan jenis. Menceritakan masalah rumah tangga kepada teman bergender sama saja bukanlah hal yang tepat, apalagi teman lawan jenis. Begitu pula jika ada teman lawan jenis meminta bantuanmu untuk sekedar curhat, sebaiknya kamu menolaknya dengan halus dan menyarankannya mengkomunikasikannya dengan pasangannya atau konselor. Lebih baik kamu tidak terlibat curhat tentang rumah tangga karena itu melibatkan emosi terdalam. Menghindari bukan berarti tidak ingin berteman, tetapi ini demi keutuhan rumah tanggamu sendiri.
Batasi dirimu sendiri
Untuk apa berkomitmen dan berjanji setia dengan pasangan? Untuk saling membantu membangun hidup yang saling bahagia tentunya. Pasanganmu tentu tidak akan melarang kamu bergaul dengan siapa saja. Akan tetapi, pasanganmu juga ingin bahagia bersamamu dan punya hati yang juga harus kamu jaga. Jika dulu kamu masih bisa punya banyak kesempatan untuk jalan-jalan bersama temanmu atau sekedar makan bersama, maka mulai ketika kamu menikah, kamu harus tahu batasannya, bila perlu tolak secara jelas bahwa kamu saat ini sudah menikah dan memiliki keluarga yang harus diprioritaskan. Jangan pernah pergi jika itu tidak atas sepengetahuan pasanganmu atau karena reuni besar bersama teman-teman yang lain. Jika kamu sudah pergi atau merahasiakan sesuatu dari pasanganmu, itu artinya kamu sudah menyemai bibit perselingkuhan. Karena sesuatu yang disembunyikan dari pasangan yang berkaitan dengan ‘teman’ lain, itulah perselingkuhan.
Jangan foto berdua, apalagi dengan pose mesra
Mungkin ketika muda dulu, kamu boleh berfoto dengan pose berpelukan atau rangkulan dengan teman-temanmu. Tapi ketika menikah, kamu harus tahu, bahwa karena masalah foto berdua, rumah tangga pun bisa hancur. Apalagi jika dalam fotomu kamu terlihat mesra dengan ‘teman’mu itu. Alasannya sederhana, karena pasanganmu yang berhak foto berdua secara mesra denganmu. Tentu saja dia tidak ingin kamu terlihat mesra dengan orang lain, dan itu wajar. Etika lainnya adalah, jika suatu saat foto berdua itu terlihat oleh kerabatmu, atau bahkan anakmu, tentu saja mereka akan bertanya-tanya siapa orang yang sedang bersamamu dan bisa jadi kecewa karenanya, meskipun itu telah terjadi sudah lampau sekali (maka dari itu foto dengan mantan pun semestinya dibuang atau dihapus).
Hormati dan jaga perasaan pasangan temanmu
Ini berlaku jika kamu menjadi teman yang berinisiatif duluan mengajak teman lawan jenis untuk bertemu. Hormatilah dia dan dirimu sendiri. Jika ingin bertemu karena dia kawan karibmu dulu, ajaklah pasanganmu dan minta temanmu untuk mengajak pasangannya. Ajak juga temanmu yg lain bersama pasangannya untuk saling bertemu juga. Dengan demikian silaturahmi kalian sebagai teman tetap terjaga dengan baik tanpa adanya prasangka dari siapapun. Pasangannya tentu akan menghormatimu juga sebagai teman yang baik untuk dirinya pula. Meskipun demikian, kamu tetap tidak boleh meminta temanmu di lain kesempatan untuk bertemu berdua saja. Dan sebaiknya hentikan kebiasaanmu untuk sering mengajak temanmu itu bertemu.
Sekali lagi, pada akhirnya, sebelum menikah kamu harus yakin betul bahwa pasanganmu adalah sahabat sejati yang bisa menemanimu dalam keadaan apapun seumur hidupmu. Hal ini meminimalisir potensi bahwa kamu membutuhkan ‘teman’ lain untuk melengkapi kekosongan dalam hidupmu. Dengan menikahi sahabat sejatimu, yaitu pasanganmu, idealnya kamu sebenarnya tidak memerlukan ‘sahabat-sahabat’ lain untuk mewarnai hidupmu. Buatlah hidupmu bahagia bersama pasangan dan anak-anakmu. Itu sudah lebih dari cukup.