“Sampai kapan kita makan mie instan?” protes Ara.
“Ya nanti kita belanja saja.” balas Nod sambil menyeruput mie instannya.
TILULIT! TILULIT! Handphone Nod berbunyi. Mendadak Nod menjadi pucat.
“Mati aku! Aku lupa kalau ada janji hari ini!” ucap Nod.
“Siapa itu? Pacarmu?” tanya Ara.
Baca episode sebelumnya di: Nod dan Ara, Sebuah Awal Kisah
Nod mengangguk sambil memberikan tanda agar Ara diam. Ia tak ingin pacarnya tahu bahwa ia akan terjebak dengan Ara selama tujuh hari ke depan.
“Halo?” ucap Nod.
“Halo? Kenapa kamu seharian kemarin tak ada kabar. Hari ini jadi kan?” tanya suara seorang gadis di seberang.
“Ah maaf. Dari kemarin badanku tak enak. Aku sepertinya flu berat.” jawab Nod.
“Kalau begitu biar aku menjengukmu!” balas gadis itu.
“JANGAN! Maksudku.. nanti kamu bisa ketularan. Aku tak apa kok!” jawab Nod.
“Benarkah? Baiklah kalau begitu. Makan yang banyak biar cepat sembuh!” ujar gadis itu.
Baca juga:
“Baiklah. Aku akan makan banyak. Hehehehe…” jawab Nod mengakhiri percakapan lalu menghela napas panjang.
“Aku tak punya uang. Pinjami uangmu untuk beli baju.” ujar Ara tak peduli dengan obrolan yang baru saja terjadi. “Aku tak mau pinjam bajumu terus-terusan. Ini terlalu besar untukku.” lanjutnya.
“Ya ya ya!” ucap Nod. “Aku pergil belanja baju dulu!” pamit Ara melangkah keluar pintu.
AAAARGH! Keduanya berteriak kesakitan.
“M-m-m-aaf! Aku lupa!” ujar Ara merangkak mendekati Nod.
“T-t-tak apa. Sepertinya memang kita tidak bisa kemana-mana kalau tidak berdua.” jawab Nod yang juga kesakitan.
…