Kisah Nyata Menyeramkan Pendakian Gunung Arjuna: Kidang Arjuno

Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata menyeramkan tentang pendakian Gunung Arjuna. Diharapkan kebijaksanaannya dalam membaca. Tetap tawaqal dan terus jaga kesehatan!

Siang hari di Jakarta. Aku dan beberapa rekan kerjaku memulai obrolan absurd saat tengah beristirahat. Mulai dari hal politik, lalu tiba-tiba menyambung ke hal mistis.

Seiring obrolan mistis kita, mendung pun mulai menyelimuti gedung-gedung tinggi. Nampak jelas dari balik kaca.

Kamu juga bisa dukung penulis dengan membeli karya ini di sini:

“Pertama kalinya aku merasakan pengalaman nyata dengan dunia gaib justru pas pertama kali aku naik gunung.” celetuk Vany tiba-tiba.

Semuanya tercengang. Bukan tanpa alasan. Kita baru saja membahas soal sejarah Nyi Roro Kidul dan Raja-Raja Mataram yang cukup bikin merinding.

“Emang kamu ndaki apa pertama kali?”

“Arjuna.” jawab Vany.

April 2014

“Ke Semeru yuk?” ajak Ana pada Vany di sela-sela latihan teater kampus.

“Weh! Kayaknya seru tuh! Sama siapa?” tanya Vany sambil meminum Aqua gelas.

“Ada temenku. Katanya mereka lagi pada nyariin temen buat ndaki.” jelas Ana.
Ana adalah teman satu kampus Vany di Malang. Sudah 4 semester mereka berteman.

Sebenarnya mereka beda jurusan. Ana di Sastra Indonesia, sementara Vany di Pendidikan Bahasa Mandarin. Komunitas teater di kampus rupanya berhasil membuat mereka cocok satu sama lain. Walau begitu, 4 semester masih belum cukup untuk Vany benar-benar mengenal Ana.

Rencananya, Ana dan temannya akan mendaki Semeru. Sebagai persiapan, mereka semua memutuskan untuk bertemu dan membahas rencana pendakian.

“NGGAK JADI KE SEMERU?!” tanya Ana kesal.

“Kan sudah aku jelasin, Semeru lagi vegetasi.” jelas Rimba, mas-mas kenalan Ana. “Tapi aku ada alternatif. Kita bisa ndaki ke Arjuna.” lanjutnya. Vany hanya mengangguk-angguk berusaha memahami situasi.

“Oh iya, ngomong-ngomong kenalin, ini Delta, Mustapa biasa dipanggil Topa, sama Shandy.” sambung Rimba memperkenalkan satu per satu teman satu kampungnya.

Delta, anak pak RT. Masih di tahun pertama kuliahnya. Perawakannya jangkung, dengan kulit putih. Rambutnya agak gondrong. Katanya sudah lama pingin gondrong. Sudah bukan anak SMA lagi, makanya bebas.

Mustapa, tetangga blok B. Punya badan yang cukup gemuk. Kerjaannya lebih banyak di depan komputer. Akhir-akhir ini jadi lebih terbuka dengan Rimba. Kabarnya Mustapa pingin kurus supaya ada yang naksir. Mustapa mau diajak aktivitas fisik apapun itu. Pendakian ini juga merupakan pengalaman pertamanya.

Shandy, hanya mas-mas random yang lebih senang nongkrong di poskamling. Rimba mengajaknya supaya Shandy punya kegiatan selain nongkrong di poskamling.

Sementara Rimba sendiri, mas-mas karyawan bank swasta yang senang mendaki gunung sejak zaman kuliah. Selayaknya mas-mas mapala, badannya tidak begitu berisi. Tapi cukup kekar dan gesit untuk naik-turun gunung.

“Nanti masih ada 10 lagi. Tapi langsung ketemuan di pos aja. Soalnya pada sibuk kerja.” jelas Rimba singkat.

“Hai, Aku Vany.” sambung Vany canggung. Semuanya yang di ruangan mengangguk ke Vany.

“Paling bagus kita ndaki tanggal 26-28 Mei saja. Ada libur tanggal 27 sama 29, jadi aku bisa cuti. Tanggal 29-nya buat istirahat.” jelas Rimba diikuti anggukan kepala yang lainnya.

“Berhubung Senin 26-nya masih kerja, kita ndaki Arjuna malam aja habis aku pulang kerja. Lebih sepi juga.” kata Rimba enteng. Se-enteng kalau ngomong “Makan di warung sederhana aja yuk!”

“Hah?! Tenane?! (Beneran?!)” tanya Ana terkejut. Rimba hanya mengangguk. Lagi pula alasan macam apa ‘biar lebih sepi’ itu? Malem-malem di gunung mau seramai apa sih?

“Yakin nggak papa? Nggak ada macan atau apa gitu kalau malem?” timpal Vany.

Ndak kok… Tenang ae. (Nggak kok. Tenang saja.)” jelas Rimba dengan tenang.

“Di sini Vany pertama kali muncak ya berarti?” tanya Rimba memastikan. Vany mengangguk.

“Si Topa juga baru pertama kali kok. Shandy sama Delta udah beberapa kali muncak sama aku. Nanti yang 10 orang itu juga campur kok! Ada yang pernah muncak, ada yang belum juga. Jadi santai. Cukup lah komposisinya!” jelas Rimba meyakinkan.

Preview cerita “Kidang Arjuno” hanya sampai di sini.

Baca kisah selengkapnya di sini:

Nara Pandhu
Nara Pandhu
Suka dengan hal-hal berbau misteri. Sudah menulis cerita misteri sejak tahun 2012.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!