Pagi hari di Malang selalu dipenuhi kabut tipis dan suhu udara yang dingin. Suasana kota yang damai ini membuat siapa saja merasa tenang dan damai. Di tengah kehidupan yang sederhana dan penuh kebahagiaan ini, hiduplah seorang gadis kecil bernama Putri. Putri adalah anak tunggal dalam keluarganya, ibunya adalah seorang penjual roti keliling yang rajin dan pekerja keras, sementara ayahnya telah tiada.
Putri adalah anak yang sangat pandai. Dia mendapat beasiswa penuh dari sekolahnya karena prestasi akademiknya yang cemerlang. Sebagai balasan, sekolah membebaskannya dari biaya sekolah dan memberinya buku serta seragam secara gratis. Setiap pagi, Putri bangun pada pukul empat untuk membantu ibunya membuat roti yang akan dijual.
Putri selalu berdoa sambil membantu ibunya, “Bu, mari kita berdoa semoga roti buatan kita laris terjual hari ini ya, Bu.” Ibunya hanya tersenyum dan menambahkan, “Jangan lupa berdoa sebelum berangkat sekolah dan semoga ulangan hari ini berjalan lancar, ya.”
Keluarga Putri sangat taat beragama. Mereka selalu memulai hari dengan salat subuh dan berharap hari mereka penuh berkah. Meski hidup dalam kemiskinan, Putri selalu berusaha keras dan tidak pernah menyerah. Dia selalu mendapat peringkat teratas di kelasnya dan mendapatkan beasiswa berkelanjutan.
Setelah membantu ibunya membuat roti dan menyiapkan bekal untuk sekolah, Putri bergegas mandi dan berpakaian untuk berangkat sekolah. Ibu Putri masih sibuk dengan persiapan roti dan bekal untuk Putri. Sebelum berangkat sekolah, Putri dan ibunya selalu berdoa bersama.
Di jalan menuju sekolah, Putri bertemu dengan temannya, Laila, yang merupakan anak dari pemilik warung ayam di pasar. Mereka berdua bersekolah di SMP Negeri 1 Malang. Putri dan Laila adalah teman sekelas dan seringkali Putri membantu Laila dalam belajar karena Laila kurang mampu dalam pelajaran. Mereka menjadi teman yang saling melengkapi.
Putri selalu mengajak Laila belajar bersama di perpustakaan setelah sekolah. Mereka berdua berbagi bekal dan membahas pelajaran bersama. Suatu hari, guru mereka, Bu Siti, mendatangi mereka dan memuji mereka karena rajin belajar.
“Pagi, Putri, Laila. Kalian sudah belajar untuk ulangan hari ini?” Bu Siti bertanya sambil tersenyum.
“Hai, Bu Siti. Iya, kami sedang belajar bersama. Putri sedang mengajari saya materi matematika yang sulit,” jawab Laila dengan senyuman.
Bu Siti mengangguk, “Bagus sekali, semangat belajar kalian! Oh ya, apakah itu roti buatan ibu, Putri? Saya mencium aroma yang lezat.”
“Iya, Bu. Ini roti coklat buatan Ibu. Mau coba, Bu?” tawar Putri sambil membuka kotak bekalnya.
Bu Siti mencoba satu potong roti dan tampak sangat menikmatinya. “Wah, ini enak sekali. Putri, bolehkan saya pesan beberapa untuk besok?”
Putri tampak terkejut, tetapi segera tersenyum. “Tentu saja, Bu Siti. Saya akan beri tahu Ibu.”
Mulai saat itu, Bu Siti sering memesan roti buatan ibu Putri. Kabar tentang kelezatan roti tersebut menyebar dan permintaan pun semakin meningkat. Putri dan ibunya mulai sibuk memenuhi pesanan roti. Meski melelahkan, mereka sangat berterima kasih atas berkah yang diberikan.
Suatu hari, ibu Putri jatuh sakit dan harus istirahat total. Putri memutuskan untuk mengurus semua urusan rumah, termasuk membuat roti dan menjaga ibunya. Dia juga harus memastikan bahwa pesanan tetap dipenuhi. Di saat yang sama, dia harus tetap fokus belajar untuk ulangannya.
Putri seringkali pulang sekolah dan langsung sibuk di dapur, membantu ibunya membuat roti. Dia belajar di malam hari dan kadang sampai larut. Dia rela melakukan ini semua demi ibunya dan demi mencapai cita-citanya masuk SMA terbaik di kota.
Dengan kerja keras dan doanya, Putri berhasil lulus SMP dengan nilai tertinggi dan diterima di SMA favoritnya. Dia juga berhasil membantu ibunya menjalankan usaha roti dan mengumpulkan uang untuk pengobatan ibunya.
“Cukup luar biasa, Putri,” ujar ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Kau telah berusaha keras, dan Tuhan telah menjawab doa kita.”
Putri hanya bisa menangis sambil memeluk ibunya. Dia tahu bahwa kerja keras dan doa adalah kunci untuk meraih impian dan kebahagiaan. Dia bertekad untuk terus berjuang dan bekerja keras, untuk ibunya, dan untuk masa depannya sendiri. Dia tahu bahwa dia bisa melakukannya, karena dia telah melakukannya sebelumnya.