Sudah 3 hari setelah Eri dan neneknya hilang dari rumah. Kedua orangtua Eri tampak begitu sedih. Halaman rumah yang biasanya ramai oleh anak-anak yang bermain layangan kini sepi. Setiap hari suasana berkabung tampak di rumah Eri. Orangtua Eri tidak bisa fokus kerja seperti biasanya. Berulang kali orangtua Eri bolak-balik kantor polisi, menanyakan kejelasan penyelidikan hilangnya Eri dan neneknya. Tapi nihil. Tidak ada saksi mata. Tidak ada jejak. Sungguh-sungguh bersih.
Sore itu Roni tidak tahan di rumah. Ibunya melarang keluar rumah sementara ini. “Sampai yang nyulik Eri ketahuan.” kata ibunya. Tapi siapa yang dapat membendung gairah anak-anak untuk terus bermain. Pada dasarnya Roni adalah anak yang bandel. Ia menyusup keluar. Lengkap dengan layangan kesayangannya. Ia langsung berlari ketika berhasil menyelesaikan misi pengendapan keluar rumah. Ia akan “menculik” kawan-kawannya. Ia datangi satu per satu: Bagus dari kompleks sebelah, Susi anak perumahan yang senang bermain layangan, Dodit rival terkuat Eri dalam bermain layangan, dan Benny anak yang siap disuruh mengejar layangan putus dengan gesit (Benny nggak pernahberhasil menangkap layangan putus, tapi yang penting dia gesit dan membakar semangat anak-anak lainnya).
Roni dengan cerdik melaksanakan misi ‘penculikan’ teman-temannya. Roni tahu seluk beluk rumah kawan-kawannya, maka dari itu dengan mudah ia bisa memanggil kawan-kawannya dari luar dan mengajaknya bermain. Hingga akhirnya, satu tim berhasil dikumpulkan Roni.
Baca juga:
Dengan gegap gempita segerombolan anak SD itu berjalan ke halaman rumah Eri. Tidak ada kekhawatiran di wajah mereka. Tak ada rasa takut di dalam hati mereka. Tidak ada yang bisa menghalangi tekad mereka untuk mengangkasakan layang-layang kebanggaan mereka.
Tibalah mereka di halaman rumah Eri. Halaman lapang. Dengan satu pohon nangka besar yang ada di pinggirnya. Tidak ada yang bisa duduk berteduh di bawahnya karena pohon itu dikelilingi oleh tumpukan material bekas renovasi beberapa saat lalu.