Entah kenapa Rimba seperti terkejut. Lalu langsung mengambil jalur yang lurus. Padahal semestinya, rombongan harus ambil jalur yang kiri, kemudian turun sedikit.
Jalur yang mereka ambil sangat berbahaya. Jalannya tidak jelas. Banyak rumput liar. Dekat dengan jurang. Turun ke ceruk yang cukup dalam, lalu harus memanjat lagi. Rimba berusaha tetap waras kali ini. Ini pertama kalinya iya merasa bimbang dan akhirnya membuat rombongan tersesat.
Beruntung akhirnya mereka sampai di Lembah Kidang. Walau medannya sangat berat dan memakan waktu yang lebih lama.
“Yang dua orang tadi mana??” tanya Rimba kepada Shandy.
“Kayaknya tadi mereka ambil jalur ke kiri. Mereka tadi nggak ikut kita.” jawab Shandy.
“Nggak kamu panggil? Biar bareng kita gitu. Mereka cuma berdua.” tanya Rimba heran.
“Sudah. Tapi mereka nggak respon. Kamu juga kayak bingung gitu.” jelas Shandy. “Harusnya mereka sampai lebih cepet. Kayaknya jalur yang bener jalur sebelah kiri tadi.”
Rimba lalu berlari ke arah perkemahan. Menemui setiap kemah satu per satu. Kalau benar jalur yang sebelah kiri lebih cepat, maka harusnya mereka sudah sampai.
Sementara Rimba sibuk mencari tahu, anggota regu yang lain mulai mendirikan kemah. Membuat api unggun, dan mulai memasak.
Ana yang sedari tadi terdiam, tiba-tiba roboh.
“NA!” teriak Vany.
Ana menggelepar. Tubuhnya menggigil.